SDFSDFSD

SDFSDFSD

Informasi Pendidikan

Pendidikan : Mampu membedakan antara apa yang Anda tahu dan apa yang tidak. Tahu ke mana harus pergi untuk mencari tahu apa yang Anda perlu tahu, dan mengetahui bagaimana menggunakan informasi setelah Anda mendapatkannya. - referensiku.blogspot.com.

Pengertian Pendidikan

Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas adalah prinsip pendidikan - referensiku.blogspot.com.

Kata Motivasi Pendidikan

Metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, dan jiwa guru lebih penting daripada guru itu sendiri - referensiku.blogspot.com.

Tujuan Utama Pendidikan

Tujuan utama pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang mampu melakukan hal-hal baru, tidak hanya mengulangi apa yang generasi lain telah dilakukan. (Jean Piaget) - referensiku.blogspot.com.

Pendidikan dan Ide Baru

Seorang yang berpendidikan adalah orang yang dapat membuat ide baru, menghibur orang lain dan menghibur dirinya sendiri - referensiku.blogspot.com.

Jumat, 31 Oktober 2014

CONTOH MAKALAH ALIRAN FILSAFAT ESENSIALISME


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya.
Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat modernisasi dapat pula menjadikan pendidikan itu kehilangan arah. Berhubung dengan itu pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah truji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama 4 abad belakangan ini, dengan perhitungan Zaman Renaissance, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal. Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Dengan pengembalian pola pendidikan pada pengambilan nilai-nilai masa lalu, esensialisme percaya bahwa keefektifan pembelajaran akan tercipta. Esensialisme sangat menekankan pada pendidikan dimasa lalu dan cenderung tidak mendukung dengan pola pendidikan masa kini atau yang sering disebut sebagai modernisasi pendidikan. Bagi esensialisme pola-pola pendidikan masa lalu lebih memberikan banyak kemutakhiran pola berpikir yang ada dalam diri siswa. Modernisasi dianggap sebagai zaman yang hanya menambahkan banyak nilai-nilai baru yang kalah dengan nilai-nilai lama dalam hal menghasilkan siswa yang berkompeten, sehingga nilai-nilai lamalah yang mempunyai peranan penting jika dilihat dari kacamata esensialisme.
Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan memaparkan mengenai  aliran filsafat esensialisme.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa latar belakang munculnya aliran filsafat esensialisme ?
2.      Apa prinsip-prinsip filosofis aliran filsafat esensialisme ?
3.      Bagaimana implikasinya terhadap pendidikan ?
4.      Apa tanggapan kelompok mengenai aliran filsafat esensialisme ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui latar belakang munculnya aliran filsafat esensialisme.
2.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip aliran filsafat esensialisme.
3.      Untuk mengetahui implikasinya terhadap pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Filsafat Esensialisme
Secara etimologi, esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni “Essential” yang berarti inti atau pokok dari sesuatu dan “Isme” berarti aliran, mazhab atau paham.
Esensialisme dikenal sebagai gerakan pendidikan dan juga sebagai aliran filsafat pendidikan. Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance (zaman kelahiran kembali) dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan Progresivisme, perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh dengan fleksibilitas, dimana terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejeasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Menurut esensialisme, yang esensial (sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental, atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu) harus diwariskan kepada generasi muda agar dapar bertahan dari waktu ke waktu, karena itu esensialisme tergolong Tradisionalisme.
Sekitar tahun 1930 timbul organisasi yang bernama Essensialist Committee for the Advancement of Education. Salah seorang tokohnya yang terkenal adalah William C. Bagley (Imam Barnadib, 1984). Arthur K. Ellis, dkk. dalam bukunya “Introduction to The Foundation of Education” yang terbit pada tahun 1981 mengemukakan bahwa Essensialisme berakar dari aliran filsafat Idealisme dan Realisme. William C. Bagley (1876-1946) adalah pemimpin gerakan Essensialisme dalam melawan gerakan Progresivisme dari John Dewey dan W. H. Kilpatrick (Madjid Noor, dkk, 1987).
 Idealisme dan Realisme adalah aliran-aliran filsafat yang membentuk corak Esensialisme, sebagaimana yang dipaparkan oleh Brameld “bahwa esensialisme ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealism dan realism”. Sumbangan yang diberikan oleh masing-masing ini bersifat eklektik, artinya dua aliran filsafat ini bertemu sebagai pendukung Esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi satu. Berarti, tidak melepaskan sifat-sifat utama masing-masing.
B.     Prinsip-Prinsip Filosofis
1.      Hakikat Manusia
Pandangan ontologis esensialme merupakan suatu konsepsi bahwa dunia atau realita ini dikuasai oleh tata (order) tertentu yang mengatur dunia beserta isinya. Hal ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita, dan perbuatan manusia harus disesuaikan dengan tata tersebut.
Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasan-gagasan (ide-ide). Di balik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan. Dengan menguji menyelidiki ide-ide serta gagasan-gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran, yang sumbernya adalah Tuhan sendiri.
Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual. Manusia memiliki intelegensi ia mampu berpikir, dan karenanya dapat menyesuaikan diri terhadap dunia eksternalnya sehingga tetap bertahan diri dalam perjuangannya menghadapi dunia eksternalnya.
2.      Hakikat Realitas
Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsepsi bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula, ini berarti bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata tersebut. Dibawah ini adalah uraian mengenai penjabarannya menurut realisme dan idealisme.
a.        Realisme yang mendukung esensialisme disebut realisme objektif karena mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam serta tempat manusia didalamnya. Terutama sekali ada dua golongan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi realisme ini. Dari fisika dan ilmu-ilmu lain yang sejenis dapat dipelajari bahwa tiap aspek dari alam fisik ini dapat dipahami berdasarkan adanya tata yang jelas khusus. Ini berarti bahwa suatu kejadian yang sederhanapun dapat ditafsirkan menurut hukum alam, seperti misalnya daya tarik  bumi.
b.    Idealisme objektif mempunyai pandangan kosmos yang lebih optimis dibandingkan dengan realisme objektif. Yang dimaksud dengan ini adalah bahwa pandangan-pandangannya bersifat menyeluruh yang boleh dikatakan meliputi segala sesuatu. Dengan landasan pikiran bahwa totalitas dalam alam semesta ini pada hakikatnya adalah jiwa atau spirit, idealisme menetapkan suatu pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini nyata. Ajaran-ajaran Hegel memperjelas pandangan tersebut diatas.
3.      Hakikat Pengetahuan
a.       Epistemologi Idealisme
Pandangan mengenai pengetahuan bersendikan pada pengertian bahwa manusia adalah makhluk yang adanya merupakan refleksi dari Tuhan dan yang timbul dari hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos. Karena itu, dalam diri manusia tercermin suatu harmoni dari alam semesta, khususnya pikiran manusia (human mind). Manusia memperoleh pengetahuan melalui berpikir, intuisi, atau introspeksi.
Kriteria kebenaran idealism yaitu pikiran atau kesadaran adalah primodial. Sejak kehidupan ada, sejak itu pula pikiran atau kesadaran ada. Kesadaran atau pikiran manusia bertugas membangun suatu rancangan dunia dalam yang dianggap paling mendekati realitas luar absolut. Untuk itu, maka logika atau penalaran menjadi penting, sebab memang logika atau penalaran itu merupakan bagian yang sangat esensial dari realitas. Karena itu, sesuatu pengetahuan dikatakan benar bukan karena berguna untuk memecahkan masalah atau untuk kehidupan praktis, sebagaimana dianut progresivist, tetapi suatu pengetahuan dikatakan benar karena ia memang benar, jadi kebenaran bersifat intrinsic, bukan instrumental. Jadi, kebenaran merupakan perwujudan dari realitas tertinggi. Sebab itu, uji kebenaran pengetahuan dlakukan melalui uji koherensi atau konsistensi logis ide-idenya (Madjid Noor,dkk, 1987).  
b.      Epistemologi Realisme
Sumber pengetahuan menurut Realisme adalah dunia luar subyek, pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dria, atau pengamatan. Kita mengetahui sesuatu jika kita mengamati atau mengalami sesuatu melalui kontak lamgsung melalui pancaindera. Pengetahuan sudah ada di dalam realitas, manusia tinggal menemukannya melalui pengamatan atau pengalaman.
Kriteria kebenaran menurut epistemologi realisme adalah suatu pengetahuan diakui benar jika pengetahuan itu sesuai dengan realitas eksternal (yang objektif) dan independen. Sebab itu, uji kebenaran pengetahuan dilakukan melalui uji korespondensi pengetahuan dengan realitas.
4.      Hakikat Nilai (Aksiologi)
a.       Aksiologi Idealisme
Para filsuf Idealisme sepakat bahwa nilai hakikatnya diturunkan dari realitan absolut. Realitan absolut merupakan hal nyata yang benar-benar ada yang bersifat mutlak. Karena itu nilai-nilai adalah abadi atau tidak berubah. Dalam kehidupan sosial, kualitas spiritual seperti kesadaran cinta bangsa dan patriotism merupakan nilai-nilai sosial yang perlu dijunjung tinggi, dan Hegel menyimpulkan bahwa karena Negara adalah manifestasi Tuhan, maka wajib bagi warga negara untuk setia dan menjunjung negara.   
b.      Aksiologi Realisme
Para filsuf realisme percaya bahwa standar nilai tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam, dan pada taraf yang lebih rendah diatur melalui konvensi atau kebiasaan, adat istiadat di dalam masyarakat ( Edward J. Power, 1982). Sejalan dengan konsep di atas, bahwa moral berasal dari adat istiadat, kebiasaan, atau dari kebudayaan masyarakat.
C.    Implikasi Pendidikan
1.      Definisi Pendidikan
Bagi penganut Essensialisme pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan. Mereka percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia, sebab kebudayaan tersebut telah teruji dalam segala zaman, kondisi dan sejarah.
Tugas pendidikan adalah mengijinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang tidak terelakan (pasti) bersendikan kesatuan spiritual. (William T. Harris, 1835-1909) maksudnya sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun-menurun, dan menjadi penuntun penyesuaian orang kepada masyarakat.
2.      Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin solidaritas sosial dan kesejahteraan umum (E.J. Power, 1982). Secara umum, essensialisme adalah model pendidikan transmisi yang bertujuan untuk membiasakan siswa hidup dalam masyarakat masa kini. Sekolah yang baik adalah sekolah yang berpusat pada masyarakat, “society centered school” , yaitu sekolah yang mengutamakan kebutuhan dan minat masyarakat (Madjid Noor, dkk, 1987). Konsep dasar pendidikan esensialisme adalah bagaimana menyusun dan menerapkan program-program esensialis di sekolah-sekolah.

Tujuan utama dari program-program tersebut di antaranya:
a.       Sekolah-sekolah esensialis melatih dan mendidik subjek didik untuk berkomunikasi dengan logis.
b.      Sekolah-sekolah mengajarkan dan melatih anak-anak secara aktif tentang nilai-nilai kedisiplinan, kerja keras dan rasa hormat kepada pihak yang berwenang atau orang yang memiliki otoritas.
c.       Sekolah-sekolah memprogramkan pendidikan yang bersifat praktis dan memberi anak-anak pengajaran yang mempersiapkannya untuk hidup.
Contoh sekolah yang mengutamakan kebutuhan dan minat masyarakat adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) karena di Sekolah Menengah Kejuruan ini lebih mengutamakan minat dari individu.
3.      Peranan Guru
Bagi kaum Esensialis, guru seharusnya berperan aktif dalam pembelajaran. Ia sebagai penanggung jawab, pengatur ruangan, penyalur (transmiser) pengetahuan yang baik, penentu materi, metode, evaluasi dan bertanggung jawab terhadap seluruh wilayah pembelajaran.
Guru juga berperan sebagai mediator atau “jembatan” antara dunia masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak, dengan demikian inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik (G. kneller, 1971). Untuk menciptakan siswa yang mempunyai sikap dan perasaan solidaritas sosial dan ikut berperan dalam mewujudkan kesejahteraan umum. Pewarisan nilai-nilai luhur agama oleh sosok guru menjadi titik tekan tujuan pembelajaran esensialisme, dan pembelajaran yang berisikan warisan budaya dan sejarah dan di ikuti oleh keterampilan, sikap-sikap, dan nilai yang tepat merupakan unsusr-unsur esensial dari sebuah kurikulum pendidikan esensialisme.
4.      Peranan Siswa
           Peranan peserta didik adalah belajar, bukan untuk mengatur pelajaran. Belajar berarti menerima dan mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan berikutnya ( Imam Barnadib, 1984).  Esensialisme merupakan suatu filsafat yang menghendaki pendidikan bersendikan nilai-nilai yang tinggi dan menduduki posisi substansial dalam kebudayaan. Tugas pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai yang ada di luar ke dalam jiwa peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik perlu di latih agar memiliki kemampuan observasi yang tinggi untuk menyerap ide-ide atau nilai-nilai yang berasal dari luar dirinya (muhaimin, 2004;40-42). Menurut esensialisme, pendidikan adalah aktivitas pentransmisian atau pewarisan budaya dan sejarah sebagi inti pengetahuan yang telah terkumpul dan bertahan sepanjang waktu. Warisan budaya demikian perlu di ketahui pelestarian kebudayaan (Education as a Cultural Convervation). Esensialisme memberikan penekanan upaya kependidikan dalam hal pengujian ulang materi-materi kurikulum, memberikan pembedaan-pembedaan esensial dan non esensial dalam berbagai program sekolah dan memberikan kembali pengukuhan autoritas pendidik dalam suatu kelas di sekolah.
5.      Kurikulum
Kurikulum (isi pendidikan) direncanakan dan diorganisasi oleh orang dewasa atau guru sebagai wakil masyarakat, society centered. Kurikulum society-centered menyatakan bahwa pesanan sosial maupun interaksi sosial harus merupakan penentu utama dalam kurikulum. Hal ini sesuai dengan dasar filsafat Idealisme dan Realisme yang menyatakan bahwa masyarakat dan alam (Realisme) atau masyarakat dan yang absolut (Idealisme) mempunyai peranan menentukan bagaimana seharusnya individu (peserta didik) hidup. Kurikulum terdiri atas berbagai mata pelajaran yang berisi ilmu pengetahuan, “agama”, dan seni, yang dipandang esensial. Adapun sifat organisasi isi kurikulum adalah berpusat pada mata pelajaran (subject matter centered).



6.      Metode
Dalam hal metode pendidikan, Esensialisme menyarankan agar sekolah-sekolah mempertahankan metode-metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental, berupa metode ceramah yang memberikan perubahan perilaku kepada siswa yang muncul dari pengalaman guru. Metode problem solving memang ada manfaatnya, tetapi bukan prosedur yang dapat diterapkan dalam seluruh kegiatan belajar.  Alasannya, bahwa kebanyakan pengetahuan bersifat abstrak dan tidak dapat dipecahkan ke dalam masalah masalah diskrit (yang berlainan). Selain itu, bahwa belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras, perlu menekankan disiplin (G. Kneller, 1971).
D.    Tanggapan Kelompok
1.      Pendekatan Scientific dalam Implementasi Kependidikan pada Kurikulum 2013
Bagi aliran filsafat esensialisme guru menjadi pusat (teacher center) dari semua situasi pembelajaran yang berlangsung, baik dalam hal pemberian pengalaman belajar maupun kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Guru adalah panutan satu-satunya yang dinilai dapat mengarahkan siswa ke arah yang lebih baik. Nilai guru dimasa lalu yaitu guru memiliki suatu kedisiplinan yang tinggi, religius (lengket dengan agama), memiliki wibawa, bersikap jujur dan bertanggung jawab, beretika, berjiwa besar dan memiliki etos kerja tinggi serta mengayomi masyarakat, kemudian pada sistem pendidikannya masih lengket dengan sistem budaya lokal.
Pada kurikulum 2013 pengajaran yang ada telah diberi buku panduan oleh pemerintah, guru hanya mengikuti apa yang telah tertera didalamnya, penyesuaian pengajaran juga diterapkan kembali, karena dalam kurikulum di SD telah bersifat tematik integrative. Siswa juga dituntut untuk lebih berperan aktif (student center) dalam pembelajaran mengingat peran guru hanya sebagai fasilitator.
Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran  berbasis  pendekatan  ilmiah mempunyai hasil yang lebih efektif bila  dibandingkan  dengan penggunaan pembelajaran dengan pendekatan  tradisional.  Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada  pembelajaran  tradisional, retensi  informasi  dari  guru  sebesar  10  persen setelah 15 menit  dan  perolehan  pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari  guru  sebesar  lebih  dari  90  persen  setelah  dua  hari  dan  perolehan  pemahaman  kontekstual sebesar 50-70 persen.
Proses  pembelajaran dengan  berbasis  pendekatan  ilmiah harus  dipandu  dengan  kaidah-kaidah pendekatan  ilmiah. Pendekatan  ini  bercirikan penonjolan  dimensi  pengamatan, penalaran, penemuan,  pengabsahan,  dan  penjelasan  tentang  suatu  kebenaran.  Dengan  demikian,  proses pembelajaran  harus  dilaksanakan  dengan  dipandu  nilai-nilai,  prinsip-prinsip,  atau  kriteria  ilmiah.
Berikut ini tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran scientific, yaitu:
1.      Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2.      Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3.      Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4.      Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5.      Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6.      Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7.      Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Aliran filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Aliran Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah, kurang terarah, tidak menentu dan kurang stabil. Tujuan pendidikan esensialisme adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, dasar bertahan sepanjang waktu untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang tepat untuk membentuk unsur-unsur yang inti (esensiliasme), sebuah pendidikan sehingga pendidikan, jadi Menurut esensialisme sekolah berfungsi untuk warga negara supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat.
B.     Saran
Saran penulis bagi pembaca khususnya para pendidik atau guru, yaitu.
1.    Hendaknya tidak meninggalkan nilai-nilai budaya lama dalam hal kependidikan, setidaknya dapat memadukan teknik pengajaran dengan metode lama, karena metode lama juga memiliki nilai-nilai positif untuk diterapkan.
2.    Selalu menjadi figur teladan dan kreatif serta inovatif dalam menciptakan pengajaran-pengajaran yang menarik bagi para siswanya.
3.    Selalu menyesuaikan teknik pengajaran dengan kurikulum yang telah
4.    ditetapkan, kurangi mengeluh dan terus mensiasati segala perubahan yang terjadi dalam dunia kependidikan agar tetap bertahan dan berhasil menjadi seorang guru yang profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Aliran Esensialisme dalam Filsafat. [Online]. Tersedia di : http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.html. Diakses 28 februari 2014.
Gusmayani, Indri. (2012). Bedah Buku Pengantar Filsafat Pendidikan. [Online]. Tersedia di : http://indri-gusmayani14.blogspot.com/2012/12/bedah-buku-pengantar-filsafat-pendidikan.html. Diakses 28 Februari 2014.

Kimeunsoo. (2013). Filsafat Eksistensialisme Dan Esensialisme. [Online]. Tersedia di : http://kimeunsoo03.blogspot.com/2013/05/bab-ipendahuluana.html. Diakses 28 Februari 2014.

Syaripudin, Tatang & Kurniasih. (2014). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Percikan Ilmu.
Yusni, N. S. (2012). Aliran Pendidikan Filsafat Esensialisme. [Online]. Tersedia di : http://novasuntiayusni.blogspot.com/2012/12/aliran-filsafat-pendidikan-esensialisme.html. Diakses 18 April 2014.

Metode Penelitian Kualitatif


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Penelitian Kualitatif adalah study yang meneliti kualitas hubungan, aktivitas, situasi, atau berbagai material.Penelitian Kualitatif  lebih menekankan pada deskriptif holistik, yang menjelaskan secara detail tentang kegiatan atau situasi apa yang sedang berlangsung dari pada membandingkan efek perlakuan tertentu, atau menjelaskan tentang sikap atau perilaku orang. Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002). Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi metode penelitian kualitatif ?
2.      Apa tujuan dan manfaat penelitian kualitatif ?
3.      Apa jenis-jenis penelitian kualitatif ?
4.      Bagaimana langkah-langkah penelitian kualitatif ?
 
C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui definisi penelitian kualitatif.
2.      Untuk mengetahui tujuan dan manfaat penelitian kualitatif.
3.      Untuk mengetahui jeni-jenis penelitian kualitatif.
4.      Untuk mengetahui langkah-langkah penelitian kualitatif.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Bagi kepentingan menulis sendiri untuk memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan secara teoritis mengenai penelitian kualitatif.
2.      Sebagai bahan imformasi dan bahan kajian dasar bagi para mahasiswa didalam mengadakan penelitian kualitatif.

E.     Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penelitian ini diantaranya adalah setudi literature, dan studi pustaka, serta disertai dengan pemaparan pembahasan dengan deskriptif dan naratif.
  

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi metode Penelitian Kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah pendekatan yang temuan-temuan penelitiannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk perhitungan lainnya. Prosedur ini menghasilkan temuan-temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana. Sarana itu meliputi  pengamatan dan wawancara, namun juga bisa mencakup dokumen buku, kaset, vidio, dan bahkan data yang telah dihitung untuk tujuan lain, misalnya data sensus.
pengertian penelitian kuliatatif dapat dilihat dari beberapa teori berikut ini:
a)      Penelitian kualitaif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitaif (Saryono, 2010: 1).
b)       Sugiyono (2011:15), menyimpulkan bahwa metode penelitian kulitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitaif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Dapat disimpilkan penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian Kualitatif  penelitian yang tidak menggunakan statistic tetapi melalui pengumpulan data, analisis, kemudian diinterpretasikan. Biasanya berhubungan dengan masalah sosial dan manusia yang bersifat  interdisipliner, fokus pada multimethod, Naturalistik dan interpretatif (dalam pengumpulan data, paradigma, dan interpretasi). Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian yang menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif.

B.     Tujuan Penelitian kualitatif.
Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami (to understand) fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait. Harapannya ialah diperoleh pemahaman yang mendalam tentang fenomena untuk selanjutnya dihasilkan sebuah teori. Karena tujuannya berbeda dengan penelitian kuantitatif, maka prosedur perolehan data dan jenis penelitian kualitatif juga berbeda.

C.    Manfaat  Penelitian Kualitatif
   Ada beberapa kegunaan atau manfaat dari penelitian Kualitatif. berikut beberapa kegunaannya:

1.      Teknik studi kasus
Pada penelitian kualitatif sangat cocok jika digunakan untuk melakukan pengungkapan atau exploratory dan penemuan atau discovery.exploratory studies atau studi pengungkapan berhubungan dengan Sebagai pengembangan teori suatu tema atau topik yang dalam penelitian sebelumnya hanya memberikan hasil yang terbatas,kemudian study ini akan diarahkan terhadap penemuan yang lebih lanjut.arah dari studi lanjut ini adalah menjabarkan suatu konsep,mengembangkan model,preposisi,dan juga hipotesis. Ada beberapa studi yang bisa diarahkan terhadap pemahaman konsep yang abstrak yang diambil dari pengalaman sosial partisipan, semisal pembelajaran berbasis kopentensi,dan pemahaman manajemen berbasis sekolah.teori dasarnya terletak pada konsep,model,preposisi dan hipotesis,sebab pengembangan abstraknya dari observasi dan tidak dari teori terdahulu.

2.      Untuk penyempurnaan praktik
Hasil dari penelitian kualitatif adalah deskripsi serta analisis tentang kegiatan dan juga peristiwa-peristiwa penting.masukan yang sangat penting untuk menyempurnakan praktik adalah beberapa studi kasus yang dilakukan secara terpisah pada kurun waktu yang berbeda terhadap fokus masalah,kegiatan dan program yang sama.hasil dari penelitian kualitatif akan memiliki nilai yang lebih tinggi dari penelitian kuantitatif jika hasil dari penelitian kualitatif bersifat mendalam dan juga rinci.

3.      Sumbangan dalam menentukan kebijakan
 Sumbangan dari hasil penelitian kualitatif dapat bermanfaat bagi perumusan,implementasi,serta perubahan kebijakan.penelitian kualitatif dapat digunakan untuk menganalisis persepsi serta isu-isu ekonomi, dan juga politik yag mempunyai pengaruh yang besar.

4.      Mengklarifikasi  isu-isu tindakan sosial
  fokus dari studi kasus dapat dilakukan pada pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kelompok etnik, kehidupan antar ras, peranan jender, dan kelas sosial.dalam penelitian kualitatif, isu-isu tersebut dapat ditempatkan dalam konteks sosial yang lebih luas, fungsinya memberikan kritik pada aspek idiologis, kepentingan politik dan ekonomi.

5.      Sumbangan untuk studi-studi khusus
  Bermanfaat untuk meneliti studi khusus yang tidak bisa diteliti dengan penelitian biasa, misalnya penelitian yang dilakukan pada orang sibuk, hambatan bahasa, topik yang rahasia atau kontroversial, dan beberapa penelitian yang tidak dapat diselsaikan dengan menggunakan penelitian kuantitatif statistikal.

D.    Jenis – jenis penelitian kualitatif.
Ada delapan jenis penelitian kualitatif, yakni etnografi (ethnography), studi kasus (case studies), studi dokumen/teks (document studies), observasi alami (natural observation), wawancara terpusat (focused interviews), fenomenologi (phenomenology), grounded theory, studi sejarah (historical research). Berikut uraian ringkas tentang masing-masing jenis penelitian kualitatif.
  1. Etnografi (Ethnography)
Etnografi merupakan studi yang sangat mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau sebuah kelompok sosial tertentu untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sisi pandang pelakunya. Para ahli menyebutnya sebagai penelitian lapangan, karena memang  dilaksanakan di lapangan dalam latar alami. Peneliti mengamati perilaku seseorang atau kelompok sebagaimana apa adanya. Data diperoleh dari observasi sangat mendalam sehingga memerlukan waktu berlama-lama di lapangan, wawancara dengan anggota kelompok budaya secara mendalam, mempelajari dokumen atau artifak secara jeli. Tidak seperti jenis penelitian kualitatif yang lain dimana lazimnya data dianalisis setelah selesai pengumpulan data di lapangan, data penelitian etnografi dianalisis di lapangan sesuai konteks atau situasi yang terjadi pada saat data dikumpulkan. Penelitian etnografi bersifat antropologis karena akar-akar metodologinya dari antropologi. Para ahli pendidikan bisa menggunakan etnografi untuk meneliti tentang pendidikan di sekolah-sekolah pinggiran atau sekolah-sekolah di tengah-tengah kota.

2.      Studi Kasus (Case Studies)
Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsif. Studi kasus bisa dipakai untuk meneliti sekolah di tengah-tengah kota di mana para siswanya mencapai prestasi akademik luar biasa.

3.      Studi Dokumen/Teks (Document Study)
Studi dokumen atau teks merupakan kajian yang menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan  tertulis berdasarkan  konteksnya. Bahan bisa berupa catatan yang terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya. Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi peneliti dokumen harus yakin bahwa naskah-naskah itu otentik. Penelitian jenis ini bisa juga untuk menggali pikiran seseorang yang tertuang di dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan. Para pendidik menggunakan metode penelitian ini untuk mengkaji tingkat keterbacaan sebuah teks, atau untuk menentukan tingkat pencapaian pemahaman terhadap topik tertentu dari sebuah teks.

4.      Pengamatan Alami (Natural Observation)
Pengamatan alami merupakan jenis penelitian kualitatif dengan melakukan observasi menyeluruh pada sebuah latar tertentu tanpa sedikitpun mengubahnya. Tujuan utamanya ialah untuk mengamati dan memahami perilaku seseorang atau kelompok orang dalam situasi tertentu. Misalnya, bagaimana perilaku seseorang ketika dia berada kelompok diskusi yang anggota berasal dari latar sosial yang berbeda-beda. Dan, bagaimana pula perilaku dia jika  berada dalam kelompok yang homogen. Peneliti menggunakan kamera tersembunyi atau isntrumen lain yang sama sekali tidak dikatahui oleh orang yang diamati (subjek).peneliti bisa mengamati sekelompok anak ketika bermain dengan teman-temannya untuk memahami perilaku interaksi sosial mereka.

5.      fenomenologi (phenomenology)
Fenomenologi dapat digolongkan dalam penelitian kualitatif murni dimana dalam pelaksanaannya yang berlandaskan pada usaha mempelajari dan melukiskan ciri-ciri intrinsik fenomen-fenomen sebagaimana fenomen-fenomen itu sendiri. Peneliti harus bertolak dari subjek (manusia) serta kesadarannya dan berupaya untuk kembali kepada “kesadaran murni” dengan membebaskan diri dari pengalaman serta gambaran kehidupan sehari-hari dalam pelaksanaan penelitian.

6.      Studi Sejarah (historical research)
Penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Dengan kata lain yaitu penelitian yang bertuga mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Penelitian sejarah di dalam pendidikan merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian sejarah bermaksud membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang diobservasi.

7.      Grounded theory
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.

8.      Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.

E.     Langkah – langkah metode penelitian kualitatif.
Menurut Dr. Endang S Sedyaningsih Mahanit (2006) tahapan penelitian kualitatif meliputi:
1.      Menemukan permasalahan
2.      Melalukan studi literatur
3.      Penatapan lokasi
4.      Studi pendahuluan
5.      Penetapan metode pengumpulan data, observasi, wawancara, dokumen, disuksi terarah
6.      Analisis data selama penelitian
7.      Analisis data setelah validasi dan reliabilitas
8.      Hasil, cerita, personal, deskrifsi tebal, naratif, dapat dibantu table frekuensi.
 Sedangkan dari Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman yang diterjemahkan oleh T jet jep Rehendi R. yang berjudul Analisis Data Kualitatif (1992), tahapan-tahapan penelitian kualitatif  itu meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Membangun Kerangka Konseptual
2.      Merumuskan Permasalahan Penelitian
3.      Pemilihan sample dan Pembatasan Penelitian
4.      Instrumen
5.      Pengumpulan Data
6.      Analisis Data
7.      Matriks Dan Pengujian Kesimpulan

Dalam teori pnelitian kualitatif, karena permasalahan yang dibawa oleh peneliti bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapagan atau konteks sosial. Berkaitan dengan penelitian kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori yang harus dimiliki oleh peneliti kualitatif jauh lebih banyak karena disesuaikan dengan fenomena yang berkembang dilapangan.

 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, orang secara individual maupun kelompok, berguna untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membiarkan permasalahanpermasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan. Penelitian kualitatif tidak berangkat dari dan untuk menguji teori, tetapi membangun teori, meskipun demikian mustahil peneliti kualitatif tidak memerlukan teori. Dalam konteks ini, fungsi teori dalam suatu kerja penelitian kualitatif digunakan untuk “menjelaskan atau mengklarifikasi” kecenderungan fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, subjek yang diteliti. Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan eksplanatori. Beberapa penelitian memberikan deskripsi tentang situasi yang kompleks, dan arah bagi penelitian selanjutnya.
B.     Saran
Demikian saran yang telah kami paparkan, melalaui makalah ini penulis menjelaskan dan menguraikan bahwa dalam rancangan penelitian pendidikan tidak terlepas dari sebuah konsep melainkan metode atau konsep yang harus dibuat.