PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
TENTANG SEJARAH PROKLAMASI INDONESIA MELALUI PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN IPS
Nama Penyusun
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi
oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam
proses pembelajaran IPS yang dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar
Negeri 1 Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Hal ini dikarenakan kurangnya motivasi
belajar siswa, dan kurang bervariasi guru dalam
menggunakan metode dalam
pembelajaran. Penelitian ini difokuskan terhadap penelaahan tentang kemampuan
guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode problem solving. Maka rumusan masalah
pada penelitian ini: 1) Bagaimana perencanaan pelaksanaan pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa
mengenai sejarah proklamasi Indonesia melalui metode problem solving? 2) Bagaimana melaksanaan pembelajaran IPS untuk
meningkatkan hasil belajar siswa mengenai sejarah proklamasi Indonesia melalui
metode problem solving? 3)
Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah proklamasi Indonesia
melalui metode problem solving.
Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, yaitu suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif
yang dilakukan oleh peneliti, dengan cara melakukan penelitian tindakan yang
langsung dilaksanakan di kelas. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Berdasarkan
analisis dan refleksi yang dilaksanakan dalam tiga siklus dengan menggunakan metode problem solving. Bila dibandingkan antara kemampuan awal dengan
setelah melakukan tindakan menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat
dilihat dari nilai hasil belajar siswa di siklus I memperoleh nilai rata-rata
56,8 %, dan di siklus II memperoleh
rata-rata 78%. Dengan demikian bahwa penggunaan metode problem solving dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Metode Problem Solving,
Sejarah Proklamasi Indonesia
Dalam
pembelajaran IPS, umumnya guru masih kurang memperhatikan potensi yang dimiliki
siswa, terlebih dalam pembelajaran sejarah, guru lebih banyak bercerita di
depan kelas. Padahal pada umumnya siswa usia SD memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi. Akhirnya metode yang diterapkan dalam pembelajaran IPS hanya satu macam
saja, yaitu metode ceramah. Kebanyakan guru memandang metode ini sangat efektif
dalam pembelajaran IPS, terlebih jika guru tersebut berpandangan bahwa isi
pelajaran IPS hanya bersifat informatif. Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar
menyampaikan informasi, tapi lebih jauh lagi harus mentransfer nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Akibat kurang bervariasinya pemilihan metode, siswa
hanya bergantung pada apa yang disampaikan guru dan siswa cenderung pasif
karena hanya bertindak sebagai pendengar setia dan pemerhati apa yang
diterangkan oleh guru. Hasilnya siswa tidak tahu dan kurang mengerti terhadap
apa yang disampaikan guru. Hanya siswa yang memiliki daya tangkap dan daya
ingat yang kuat yang mampu mengikuti pembelajaran dengan hasil maksimal.
Berbeda situasinya jika dalam proses pembelajaran diterapkan suatu metode yang
dapat melibatkan emosi dan fisik siswa, yang menuntut siswa tertantang untuk
ikut terlibat di dalamnya, sehingga diharapkan siswa lebih mudah dalam
mengenal, mengingat, dan menerapkan pesan yang terkandung dalam materi
pembelajaran yang baru diterimanya.
Salah
satu realita dalam pendidikan kita yang sukar diingkari dewasa ini proses
perkembangan potensi pribadi anak didik merupakan salah
satu faktor kurang berhasilnya pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kurang diperhatikannya perbedaan individual
dalam proses belajar mengajar. Diakui bahwa diantara individu-individu itu
terdapat berbagai persamaan, tetapi lebih banyak perbedaannya. Perbedaan itu antara lain pada sikap, emosi
dan minat. Oleh karena itu siswa tidak mungkin dituntut hal yang sama, sebagian
besar proses pembelajaran berupa penyajian pengetahuan yang harus diketahui dan
dihapalkan anak didik masih berupa ”Teacher
Centered” belum “Student Centered”.
Fenomena seperti ini sudah merupakan tradisi di sekolahan khususnya
pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.
Permasalahan yang sangat dirasakan dalam
pengajaran IPS di lapangan termasuk di SD Negeri 1 Cijeungjing Kecamatan
Cijeungjing Kabupaten Ciamis adalah masih banyaknya digunakan metode ceramah
yang ternyata mempunyai implikasi yang kurang
menggembirakan, prestasi belajar siswa Kelas V SD Negeri 1 Cijeungjing Kecamatan
Cijeungjing Kabupaten Ciamis kurang memuaskan. Dalam proses pembelajaran siswa
kurang memperhatikan dan tidak memiliki motivasi terhadap mata pelajaran IPS, sehingga
lebih banyak banyak siswa yang pasif daripada siswa yang aktif, siswa kurang
aktif dalam mencari Problem Solving apabila menemui permasalahan dan lebih
parah lagi banyak siswa yang melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan
dengan pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung seperti corat-coret,
berisik, mengantuk bahkan mengganggu teman lainnya yang sedang belajar.
Untuk mencapai
tujuan-tujuan seperti yang diharapkan perlu dilakukan suatu upaya yang
mendukung. Salah satu diantaranya adalah upaya menemukan pola pembelajaran yang
dapat meningkatkan aktivitas belajar mengajar di kelas adalah dengan
menggunakan metode tertentu dalam pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran
yang dapat diharapkan meningkatkan aktivitas dalam belajar mengajar Pengetahuan
Sosial adalah metode problem solving. Menurut Sudjana (2005, hlm. 125)
Metode problem solving adalah “suatu
metode yang menggambarkan pengalaman atau masalah yang disusun untuk
menggerakan problem solving,
menganalisis, menilai, dan memecahkan masalah yang dihadapinya.”Pentingnya kemampuan Problem Solving bagi siswa menyebutkan bahwa : a) Kemampuan Problem Solving sangat penting, ada di
mana-mana, fleksibel dan dapat
digunakan kapan saja baik dalam Sains
maupun dalam disiplin ilmu lain, b) Mempunyai kaitan yang erat dengan metode
penemuan berpikir kritis, kreatif dan mandiri.
Manfaat yang dapat diambil dengan penerapan metode problem solving dalam pembelajaran IPS adalah” Siswa akan terbiasa
dalam mencari jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi yang menyangkut
pribadi atau sosial” (Sudjana, 2005, hlm.
126). Siswa yang didasari dengan
pengalaman hidup sehari-hari akan mampu mengatasi berbagai kesulitan, karena
dapat menganalisa dan menentukan sikap terhadap masalah yang dihadapi. Berkenaan
dengan hal-hal seperti yang dikemukakan di atas tentang manfaat dari Problem Solving serta kendala yang
dihadapi oleh guru dalam mengoptimalkan proses belajar mengajar, khususnya dalam
Pembelajran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar, maka dipandang perlu
menemukan suatu upaya pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran di
kelas melalui penggunaan metode Problem Solving.
Berdasarkan latar belakang dari
permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Sejarah proklamasi Indonesia melalui
Penggunaan Metode Problem Solving pada Pembelajaran IPS”. (Penelitian Tindakan
Kelas pada siswa Kelas V di SDN I Cijeungjing
Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis .
Rumusan berikut yang menjadikan fokus
dari penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa tentang sejarah proklamasi Indonesia melalui
penggunaan metode problem solving di Kelas V di SDN I Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis ?.
Secara umum
penelitian ini bertujuan ingin memperoleh data tentang pengggunaan metode problem solving pada pembelajaran IPS di Kelas V SDN I Cijeungjing Kecamatan
Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
Pengembangan penggunaan metode
problem solving untuk peningkatan hasil belajar siswa tentang sejarah
proklamasi Indonesia melalui
penggunaan metode problem solving dalam pembelajaran IPS di Kelas V SDN I Cijeungjing Kecamatan
Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
Ilmu Pengetahuan Sosial
merupakan suatu metode terhadap hal-hal yang berkenaan manusia serta lingkungannnya. IPS mempelajari
aspek-aspek sosial, spritual, emosional, intelektual, rasional, dan global
dengan memadukan konsep serta bahan kajian tradisional dengan bidang bahan
kajian yang baru.
Menurut Sudjana (2005, hlm. 125) metode Problem Solving adalah “suatu cara belajar yang
lebih tinggi tingkatannya dengan mengangkat masalah sebagai sumber
pembahasannya, kemudian dianalisis dan disintesis sehingga ditemukan alternatif
pemecahannya. “ Metode ini dapat digunakan dari Kelas V sekolah dasar. Karena pada masa itu
rasa ingin tahu muncul secara ilmiah, sudah mulai tampak pada diri anak,
walaupun peran guru pada masa itu lebih mendominasi.
Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai salah satu program pengajaran yang
membina dan menyiapkan kehidupan sosial yang baik serta peserta didik sebagai
“Warga Negara Indonesia”, yang baik dan diharapkan mampu membina perubahan dan
harapan-harapan yang baru sebagi tuntutan kehidupan dan perkembangan
masyarakat. .
Anggapan dasar menurut Surakhmad (2008, hlm. 76)
adalah “sebuah titik tolak yang
kebenarannya diterima dan diyakini oleh peneliti.” Peneliti dalam hal ini tidak perlu membuktikan
sesuatu, karena sudah jelas dengan adanya fakta. Anggapan dasar peneliti
menyangkut hal sebagai berikut :
Metode problem solving merupakan suatu metode yang
digunakan untuk memecahkan masalah sejarah proklamasi
Indonesia sehingga dapat berusaha
menyeleksi dan menggunakan aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk
membuat formulasi problem solving serta
dapat meningkatkan hasil belajarnya.
“Hipotesis tindakan adalah suatu perkiraan
tentang tindakan yang diduga dapat mengatasi permasalahan tersebut” (Wardani,
2008, hlm.43). Berdasarkan anggapan dasar di atas, hipotesis tindakan pada penelitian
tindakan kelas ini adalah : “Jika guru dapat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran IPS tentang Sejarah
proklamasi Indonesia melalui penggunaan metode problem solving dengan efektif, maka hasil belajar siswa akan
meningkat.”
Tempat yang dijadikan penelitian
oleh peneliti adalah di SD Negeri Kelas V di SDN I Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Alasan dipilihnya tempat di SD Negeri I
Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing
Kabupaten Ciamis adalah sesuai dengan tempat bekerja peneliti dan sudah
mendapat izin dari Kepala Sekolah untuk mengadakan penelitian dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan,
khususnya di lingkungan sendiri.
Penelitian dilaksanakan di SDN I
Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing
Kabupaten Ciamis yang memiliki personil
guru berjumlah 9 orang terdiri dari laki-laki 3 orang dan perempuan berjumlah 6
orang. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh guru SDN I
Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing
Kabupaten Ciamis adalah S1 PGSD.
Jumlah siswa Kelas V yang akan
dijadikan subjek penelitian ini berjumlah 20 orang yang terdiri dari 9 siswa
laki-laki dan 11 siswa perempuan. Latar belakang siswa dilihat dari prestasinya
digolongkan rendah, sedang, dan pandai.
Sedangkan latar belakang orang
tuanya sebagian besar pekerjaannya sebagai petani.
Secara garis besar prosedur penelitian
pembelajaran tentang penggunaan metode problem solving untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan proses observasi dan
komunikasi dilaksanakan dengan tahapan model Kemmis dan Mc. Taggart (Yusnandar,
2003, hlm.20) yang terdiri dari a). Orientasi dan identifikasi masalah, b).
Rencana tindakan penelitian dan c). Pola penelitian
tindakan kelas. Titik tolak
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagiamana meningkatkan partisipasi
belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui penerapan metode problem solving, sehingga optimalisasi
kemampuan siswa dapat tercapai.
Penelitan ini dilaksanakan untuk mencari solusi dalam memecahkan
permasalahan di kelas, dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(PTK) atau Classroom Action Rearch. Penelitian tindakan kelas merupakan satu
upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilaksanakan,
untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Pada penelitian ini digunakan PTK model Kemmis-Taggart (satu siklus sama
dengan satu kali pembelajaran), terdiri dari tahapan (fase): perencanaan (planning),
(2) tindakan (action), (3) observasi
(obsevation) dilanjutkan dengan
pengambilan keputusan, kesimpulan dan rekomendasi.
Beberapa jenis data utama yang
dikumpulkan serta cara pengumpulannya selama pelaksanaan kegiatan Penelitian
Tindakan Kelas dapat divisualisasikan melalui instrument penelitian sebagai berikut:
1. Lembar observasi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
2. Lembar observasi aktivitas guru dalam
pelaksanaan pembelajaran
3. Lembar Kerja Siswa dan lembar soal post test
Teknik pengumpulan data selama pelaksanaan PTK
adalah tes tertulis dan observasi.
Teknik analisis data pada penelitian
ini difokuskan pada teknik analisis kualitatif guna mengetahui tingkat keberhasilan
Metode Problem Solving dalam soal IPS
untuk meningkatkan hasil belajar siswa
di kelas V SD Negeri I Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
Pembahasan
Dalam tahap perencanaan sesuai dengan salah satu
keterampilan mengajar yang telah dikembangkan yaitu pembelajaran dengan menggunakan
metode problem solving dalam pembelajaran IPS
tentang sejarah proklamasi Indonesia dalam siklus I, dan siklus II disusun secara sistematis
berorientasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam
perencanaan pembelajaran mencantumkan:
- Standar Kompetensi
- Kompetensi Dasar
- Indikator
- Tujuan Pe,belajaran
- Materi Pokok
- Langkah-langkah Pembelajaran
- Metode Pembelajaran
- Sarana dan Sumber Pembelajaran
- Penilaian
Kemampuan guru dalam menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang sejarah proklamasi Indonesia di Kelas V SDN 1 Cijeungjing dengan menggunakan
metode problem solving sudah sangat baik. Nilai kinerja guru dalam membuat
RPP tiap siklusnya mengalami
peningkatan siklus I mencapai skor 67,5, siklus II mencapai skor 89. Sebagai
gambaran peningkatan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini :
Tabel 4.13
Nilai Kinerja Guru dalam
Membuat RPP Siklus I dan Siklus II
No
|
Siklus
|
Nilai RPP
|
1
|
I
|
67,5
|
2
|
II
|
89
|
100
90 Keterangan
80 Siklus
I
70 Siklus
II
60
50
40
30
20
10
Gambar 4.1
Rekapitulasi Penilaian dalam Membuat RPP
Siklus I dan Siklus II
- Proses Pelaksanaan Pembelajaran melalui Penggunaan Metode Problem Solving di Kelas V SDN 1
Cijeungjing
Kegiatan pembelajaran tiap siklus dilaksanakan dengan berpedoman
pada rencana pembelajaran tiap siklus, yamg terdapat pada lampiran. Tindakan
siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal
15 Maret 2014 , dan siklus II dilaksanakan pada hari rabu tanggal 22 Maret
2014. Pada setiap pembelajaran tiap
siklus diakhiri dengan tes akhir.
a.
Siklus I
Pembelajaran pada materi sejarah
proklamasi Indonesia dengan menggunakan
metode problem solving dapat
dilaksanakan dengan cukup baik meskipun terdapat beberapa kekurangan karena
siswa masih tampak kurang aktif dalam belajar, kurang merespon pertanyaan guru,
kurang dalam diskusi cenderung didomonasi oleh siswa yang pintar.
Dalam pengembangan langkah-langkah
pembelajaran guru tidak menetapkan alokasi waktu sehingga menjadikan
pembelajaran melebar, kurang terarah dan banyak waktu yang kurang dimanfaatkan
dengan baik. kemampuan guru dalam menggunakan metode problem
solving perlu ditingkatkan lagi di antaranya dalam apersepsi, memotivasi siswa dalam
belajar, dalam menyimpulkan materi dan memberikan tindak lanjut sehingga
pembelajaran tidak bersifat teacher
center.
b.
Siklus II
Pada siklus ini interaksi guru dan
siswa sudah baik, penggunaan metode problem
solving guru dalam apersepsi, dalam memotivasi belajar siswa, dan dalam
menyimpulkan materi pembelajaran sudah
baik. Selainitu guru sudah bisa menguasai kelas dengan baik dan
mengalokasikan waktu sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada saat
kegiatan pembelajaran siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah, sehingga
hasil belajar sudah lebih baik.
Berdasarkan analisis kinerja guru
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode problem
solving tiap siklusnya mengalami peningkatan, sebagai gambaran peningkatan
kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.13
Nilai Kinerja Guru dalam
Proses Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
No
|
Siklus
|
Nilai Kinerja Guru
|
1
|
I
|
72
|
2
|
II
|
90
|
Dari tabel
4.13 di atas dapat diketahui bahwa nilai kinerja guru guru dalam pelaksanaan
pembelajaran tiap siklus mengalami peningkatan, untuk lebih jelasnya disajikan
dalam diagram 4.2 berikut ini :
100
90 Keterangan
80 Siklus
I
70 Siklus
II
60
50
40
30
20
10
Gambar 4.2
Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Guru
dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
3. Peningkatan Hasil Belajar
Siswa melalui Penggunaan Metode Problem
Solving di Kelas V SDN 1 Cijeunjing.
a.
Hasil Belajar Siswa
Tes hasil belajar siswa tiap siklus dilaksanakan pada akhir
pembelajaran. Soal tes hasil belajar untuk setiap siklus berbentuk isian
berjumlah 5 soal masing-masing memiliki bobot 20. Rumus yang digunakan dalah mencari rata-rata.
Rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor tes hasil belajar dibagi
dengan banyak soal. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil belajar dalam tiap
siklusnya mengalami peningkatan,mulai dari siklus I sampai siklus II. Pada
siklus II seluruh siswa sudah mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70, Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan metode problem
solving pada pembelajaran IPS
tentang sejarah proklamasi Indonesia pada siswa Kelas V SDN 1 Cijeungjing terbukti
berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.14
Rata-rata Nilai
Tes Hasil Belajar Tiap Siklus
No
|
Pre Tes
|
Siklus
|
Tes Akhir
|
1
|
52
|
I
|
56,8
|
2
|
II
|
78
|
Dari tabel 4.14
di atas dapat diketahui bahwa skor rata-rata tiap siklusnya mengalami
peningkatan untuk lebih jelasnya disajikan dalam bentuk diagram berikut ini :
100
90 Keterangan
80 Pre
tes
70 Siklus
I
50
40
30
20
10
Gambar 4.3
Diagram Skor Hasil Belajar Siswa Pre tes, Siklus
I, dan Siklus II
Pada
dasarnya kemampuan belajar (hasil belajar) dipengaruhi oleh interaksi dan
kondisi proses pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang dikelola dengan baik
salah satunya dengan penggunaan metode problem
solving akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehinnga
mendorong siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran, siswa tidak
pasif, pembelajaran tidak bersifat teacher
center pembelajaran tidak monoton melainkan dengan penggunaan metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Jadi penggunaan metode problem solving dalam penelitian ini
dimaksudkan sebagai salah satu keterampilan mengajar yang diharapkan bisa
membantu siwa untuk lebih aktif lagi dalam belajar, mampu menyelesaikan setiap
permasalahan yang diberikan dalam materi pelajaran IPS.
Dari hasil analisis data yang yang telah disampaikan, terbukti bahwa penggunaan
metode problem solving dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Melihat dari kajian Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang membahas
pokok bahasan sejarah proklamasi
Indonesia melalui penggunaan metode problem solving di Kelas V SD Negeri 1 Cijeunjing, serta
kajian dari berbagai teori yang mendukung pembahasan pokok bahasan ini maka
penulis menyimpulkan:
Perencanaan yang telah dibuat sebelum tindakan belum mengacu
pada prinsip-prinsip dalam kurikulum 2006, sehingga hasil yang dicapai belum
maksimal. Sedangkan perencanaan
yang dipersiapkan dalam tindakan meliputi mengkaji kurikulum 2006 sebagai acuan untuk menyusun RPP. Menentukan kompetensi
dasar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Sebagai penunjang kegiatan pembelajaran
ditetapkan menggunakan metode pembelajaran yang
tepat dan media gambar. Perencanaan yang disusun oleh peneliti sudah
mencapai kriteria keberhasilan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan secara signifikanpembelajaran pokok bahasan sejarah proklamasi
Indonesia dengan menggunakan metode problem
solving di Kelas V SDN 1 Cijeungjing
dapat dikatakan baik ditandai dengan adamya perbaikan serta peningkatan perencanaan dalam tiap siklusnya. Nilai
kinerja guru dalam membuat RPP
tiap siklusnya mengalami peningkatan siklus I mencapai skor 67,5, dan siklus II
mencapai skor 89.
Pelaksanaan pembelajaran yang dirancang sebelum tindakan
belum sesuai dengan metode yang tepat, terbukti proses pembelajaran serta
aktivitas siswa belum maksimal.
Pembelajaran tampak monoton dan
kurang melibatkan siswa secara aktif, sehingga suasana membosankan dan siswa
kurang bersemangat. Sedangkan Pelaksanaan pembelajaran yang dirancang pada tindakan sudah sesuai dengan
perencanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang tepat
serta media gambar tentang sejarah proklamasi Indonesia. Metode pembelajaran ini mendapat respon yang baik dari siswa. Hal ini terlihat
dari antusias mereka ketika mengikuti pelajaran, walaupun belum benar-benar
maksimal. Umumnya kinerja guru dituntut untuk benar-benar menguasai materi
serta karakteristik metode pembelajaran yang digunakan, agar tercipta
pembelajaran yang menghantarkan siswa untuk bisa menghubungkan kebermaknaan
setiap pelajaran yang dipelajarinya serta menggali dan menemukan pengetahuan
baru oleh dirinya siswa. Proses pembelajaran pada pokok bahasan
sejarah proklamasi Indonesia dengan
menggunakan metode problem solving di Kelas V SDN 1 Cijeungjing yang telah
dilaksanakan peneliti, dalam pelaksanaannya berjalan lancar, ada peningkatan
pada tiap siklusnya, tujuan pembelajaran dapat tercapai. Nilai kinerja guru
dalam pelaksanaan pembelajaran tiap siklusnya mengalami peningkatan siklus I
mencapai skor 72 dan siklus II mencapai skor 90.
Hasil belajar yang dicapai siswa kelas V SDN 1 Cijeungjing pada
pokok bahasan sejarah proklamasi Indonesia sebelum dilaksanakan tindakan belum
memuaskan, di mana hasil ulangan siswa masih di bawah rata-rata KKM yang telah
ditetapkan. Rendahnya hasil belajar
siswa ini sangat erat hubungannya dengan
ketidak berhasilannya proses pembelajaran yang dilaksanakan guru,
sehingga diperlukan upaya perubahan melalui tindakan yang mengacu pada metode
yang tepat. Maka setelah dilakukan tindakan
pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving mengalami peningkatan
tiap siklusnya di antaranya ,siklus I
mencapai rata-rata 56,8, dan siklus II mencapai
rata-rata 78. Hal ini dibuktikan dari hasil tes yang diperoleh tiap
siklus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dari peningkatan nilai tes menunjukkan bahwa penggunaan
metode problem solving sangat berperan dalam meningkatkan hasil belajar
siswa di Kelas V SDN 1 Cijeungjing pada pokok bahasan sejarah proklamasi
Indonesia sehingga hasil belajar siswa telah mencapai KKM yang ditentukan.
Berdasarkan
hasil pengolahan dan analisis data serta kesimpulan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka pada kesempatan ini peneliti memberi saran berikut ini :
Bagi
guru sekolah dasar hendaknya membiasakan diri untuk menggunakan metode problem
solving dalam menyampaikan materi guna mencapai tujuan pembelajaran dan
pembelajaran tidak bersifat teacher
center.
Bagi SDN 1
Cijeungjing, penggunaan metode problem
solving hendaknya lebih diterapkan dalam
setiap pembelajaran.
Bagi
UPTD hendaknya mensosialisasikan
pentingnya penggunaan metode problem solving dalam setiap
pembelajaran guna mendukung kelancaran proses pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan guru dan meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar siswa.
Akhmad. (1998). Rancangan Pengelolaan Kegiatan Penelitian Praktis. Jakarta: Bagian
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Arikunto, Suharsisni.(1996). Prosedur Penelitian Suatu Metode Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Arifin.(1990). Stategi
Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya : Karaya Anda.
BNSP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Kasbolah. (1991). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Mills. (1989).
Teori-teori Belajar. Bandung:
Erlangga.
Mulyani, dkk. (1998). Pengantar Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Mulyasa (2006). Metode Pembelajaran di Sekolah
Dasar. Bandung: Sinar Baru
M.Uzer, (1990). Pendidikan IPS dalam Konteks SD. Jakarta: Rineka Cipta
Rachman, (2005). Pembelajaran IPS yang Aktif.
Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
------------. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Suhanda. (2004). Petunjuk Guru Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta: Depdiknas.
Suhendar. (1998). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Surakhmad.(2008). Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Syamsudin.
(1981). Metodologi Khusus Pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di SD. Jakarta: Depdikbud
Wardani, I.G.A.K., Wihardit, K., Nasution, N. (2008).
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Universitas Terbuka.