SDFSDFSD

SDFSDFSD

Informasi Pendidikan

Pendidikan : Mampu membedakan antara apa yang Anda tahu dan apa yang tidak. Tahu ke mana harus pergi untuk mencari tahu apa yang Anda perlu tahu, dan mengetahui bagaimana menggunakan informasi setelah Anda mendapatkannya. - referensiku.blogspot.com.

Pengertian Pendidikan

Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas adalah prinsip pendidikan - referensiku.blogspot.com.

Kata Motivasi Pendidikan

Metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, dan jiwa guru lebih penting daripada guru itu sendiri - referensiku.blogspot.com.

Tujuan Utama Pendidikan

Tujuan utama pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang mampu melakukan hal-hal baru, tidak hanya mengulangi apa yang generasi lain telah dilakukan. (Jean Piaget) - referensiku.blogspot.com.

Pendidikan dan Ide Baru

Seorang yang berpendidikan adalah orang yang dapat membuat ide baru, menghibur orang lain dan menghibur dirinya sendiri - referensiku.blogspot.com.

Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Oktober 2014

CONTOH PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SEJARAH PROKLAMASI INDONESIA MELALUI PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN IPS


PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SEJARAH PROKLAMASI INDONESIA MELALUI PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN IPS


Nama Penyusun

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam  proses pembelajaran IPS yang dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.  Hal ini dikarenakan kurangnya motivasi belajar siswa, dan kurang bervariasi guru dalam  menggunakan metode  dalam pembelajaran. Penelitian ini difokuskan terhadap penelaahan tentang kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode problem solving. Maka rumusan masalah pada penelitian ini: 1) Bagaimana perencanaan pelaksanaan pembelajaran IPS  untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai sejarah proklamasi Indonesia melalui metode problem solving? 2) Bagaimana melaksanaan pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai sejarah proklamasi Indonesia melalui metode problem solving?  3) Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah proklamasi Indonesia melalui metode problem solving. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, yaitu suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh peneliti, dengan cara melakukan penelitian tindakan yang langsung dilaksanakan di kelas. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Berdasarkan analisis dan refleksi yang dilaksanakan dalam tiga siklus  dengan menggunakan metode problem solving. Bila dibandingkan antara kemampuan awal dengan setelah melakukan tindakan menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa di siklus I memperoleh nilai rata-rata 56,8 %,  dan di siklus II memperoleh rata-rata 78%. Dengan demikian bahwa penggunaan metode problem solving dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Metode Problem Solving, Sejarah Proklamasi Indonesia
Dalam pembelajaran IPS, umumnya guru masih kurang memperhatikan potensi yang dimiliki siswa, terlebih dalam pembelajaran sejarah, guru lebih banyak bercerita di depan kelas. Padahal pada umumnya siswa usia SD memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Akhirnya metode yang diterapkan dalam pembelajaran IPS hanya satu macam saja, yaitu metode ceramah. Kebanyakan guru memandang metode ini sangat efektif dalam pembelajaran IPS, terlebih jika guru tersebut berpandangan bahwa isi pelajaran IPS hanya bersifat informatif. Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar menyampaikan informasi, tapi lebih jauh lagi harus mentransfer nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Akibat kurang bervariasinya pemilihan metode, siswa hanya bergantung pada apa yang disampaikan guru dan siswa cenderung pasif karena hanya bertindak sebagai pendengar setia dan pemerhati apa yang diterangkan oleh guru. Hasilnya siswa tidak tahu dan kurang mengerti terhadap apa yang disampaikan guru. Hanya siswa yang memiliki daya tangkap dan daya ingat yang kuat yang mampu mengikuti pembelajaran dengan hasil maksimal. Berbeda situasinya jika dalam proses pembelajaran diterapkan suatu metode yang dapat melibatkan emosi dan fisik siswa, yang menuntut siswa tertantang untuk ikut terlibat di dalamnya, sehingga diharapkan siswa lebih mudah dalam mengenal, mengingat, dan menerapkan pesan yang terkandung dalam materi pembelajaran yang baru diterimanya.
         Salah satu realita dalam pendidikan kita yang sukar diingkari dewasa ini proses perkembangan potensi pribadi anak didik merupakan salah satu faktor kurang berhasilnya pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kurang diperhatikannya perbedaan individual dalam proses belajar mengajar. Diakui bahwa diantara individu-individu itu terdapat berbagai persamaan, tetapi lebih banyak perbedaannya. Perbedaan itu antara lain pada sikap, emosi dan minat. Oleh karena itu siswa tidak mungkin dituntut hal yang sama, sebagian besar proses pembelajaran berupa penyajian pengetahuan yang harus diketahui dan dihapalkan anak didik masih berupa ”Teacher Centered” belum “Student Centered”. Fenomena seperti ini sudah merupakan tradisi di sekolahan khususnya pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.
           Permasalahan yang sangat dirasakan dalam pengajaran IPS di lapangan termasuk di SD Negeri 1 Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis adalah masih banyaknya digunakan metode ceramah yang ternyata mempunyai implikasi yang  kurang menggembirakan, prestasi belajar siswa Kelas V SD Negeri 1 Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis kurang memuaskan. Dalam proses pembelajaran siswa kurang memperhatikan dan tidak memiliki motivasi terhadap mata pelajaran IPS, sehingga lebih banyak banyak siswa yang pasif daripada siswa yang aktif, siswa kurang aktif dalam mencari Problem Solving apabila menemui permasalahan dan lebih parah lagi banyak siswa yang melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung seperti corat-coret, berisik, mengantuk bahkan mengganggu teman lainnya yang sedang belajar.
Untuk mencapai tujuan-tujuan seperti yang diharapkan perlu dilakukan suatu upaya yang mendukung. Salah satu diantaranya adalah upaya menemukan pola pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar mengajar di kelas adalah dengan menggunakan metode tertentu dalam pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diharapkan meningkatkan aktivitas dalam belajar mengajar Pengetahuan Sosial adalah metode problem solving. Menurut Sudjana (2005, hlm. 125) Metode problem solving adalah “suatu metode yang menggambarkan pengalaman atau masalah yang disusun untuk menggerakan problem solving, menganalisis, menilai, dan memecahkan masalah yang dihadapinya.”Pentingnya kemampuan Problem Solving  bagi siswa  menyebutkan bahwa : a) Kemampuan Problem Solving sangat penting, ada di mana-mana, fleksibel dan dapat digunakan kapan saja baik dalam Sains maupun dalam disiplin ilmu lain, b) Mempunyai kaitan yang erat dengan metode penemuan berpikir kritis, kreatif dan mandiri.
  Manfaat yang dapat diambil dengan penerapan metode problem solving dalam pembelajaran IPS adalah” Siswa akan terbiasa dalam mencari jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi yang menyangkut pribadi atau sosial” (Sudjana, 2005, hlm. 126).  Siswa yang didasari dengan pengalaman hidup sehari-hari akan mampu mengatasi berbagai kesulitan, karena dapat menganalisa dan menentukan sikap terhadap masalah yang dihadapi.  Berkenaan dengan hal-hal seperti yang dikemukakan di atas tentang manfaat dari Problem Solving serta kendala yang dihadapi oleh guru dalam mengoptimalkan proses belajar mengajar, khususnya dalam Pembelajran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar, maka dipandang perlu menemukan suatu upaya pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas melalui penggunaan metode Problem Solving. 
Berdasarkan latar belakang dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Sejarah proklamasi Indonesia melalui Penggunaan Metode Problem Solving pada Pembelajaran IPS”. (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa Kelas V di SDN I Cijeungjing  Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis .
        Rumusan berikut yang menjadikan fokus dari  penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa tentang sejarah proklamasi Indonesia  melalui penggunaan metode  problem solving di Kelas V di SDN I Cijeungjing  Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis ?.
Secara umum penelitian ini bertujuan ingin memperoleh data tentang pengggunaan metode problem solving pada pembelajaran IPS di Kelas V SDN I Cijeungjing  Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
     Pengembangan penggunaan metode problem solving untuk peningkatan hasil belajar siswa tentang sejarah proklamasi Indonesia melalui penggunaan metode problem solving dalam pembelajaran IPS di Kelas V SDN I Cijeungjing  Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
    Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu metode terhadap hal-hal yang berkenaan manusia  serta lingkungannnya. IPS mempelajari aspek-aspek sosial, spritual, emosional, intelektual, rasional, dan global dengan memadukan konsep serta bahan kajian tradisional dengan bidang bahan kajian yang baru.
Menurut Sudjana (2005, hlm. 125) metode Problem Solving adalah suatu cara belajar yang lebih tinggi tingkatannya dengan mengangkat masalah sebagai sumber pembahasannya, kemudian dianalisis dan disintesis sehingga ditemukan alternatif pemecahannya. Metode ini dapat digunakan dari Kelas V sekolah dasar. Karena pada masa itu rasa ingin tahu muncul secara ilmiah, sudah mulai tampak pada diri anak, walaupun peran guru pada masa itu lebih mendominasi.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai salah satu program pengajaran yang membina dan menyiapkan kehidupan sosial yang baik serta peserta didik sebagai “Warga Negara Indonesia”, yang baik dan diharapkan mampu membina perubahan dan harapan-harapan yang baru sebagi tuntutan kehidupan dan perkembangan masyarakat. .
Anggapan dasar menurut Surakhmad (2008, hlm. 76) adalah sebuah titik tolak yang kebenarannya diterima dan diyakini oleh peneliti. Peneliti dalam hal ini tidak perlu membuktikan sesuatu, karena sudah jelas dengan adanya fakta. Anggapan dasar peneliti menyangkut hal sebagai berikut :
Metode problem solving merupakan suatu metode yang digunakan untuk memecahkan masalah sejarah proklamasi Indonesia sehingga dapat berusaha menyeleksi dan menggunakan aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi problem solving serta dapat meningkatkan hasil belajarnya.
 “Hipotesis tindakan adalah suatu perkiraan tentang tindakan yang diduga dapat mengatasi permasalahan tersebut” (Wardani, 2008, hlm.43). Berdasarkan anggapan dasar di atas, hipotesis tindakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah : “Jika guru dapat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran IPS tentang Sejarah proklamasi Indonesia melalui penggunaan metode problem solving dengan efektif, maka hasil belajar siswa akan meningkat.”
Tempat yang dijadikan penelitian oleh peneliti adalah di SD Negeri Kelas V di SDN I Cijeungjing  Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.  Alasan dipilihnya tempat di SD Negeri I Cijeungjing  Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis adalah sesuai dengan tempat bekerja peneliti dan sudah mendapat izin dari Kepala Sekolah untuk mengadakan penelitian dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan,  khususnya di lingkungan sendiri.
Penelitian dilaksanakan di SDN I Cijeungjing  Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis  yang memiliki personil guru berjumlah 9 orang terdiri dari laki-laki 3 orang dan perempuan berjumlah 6 orang.  Latar belakang  pendidikan yang dimiliki oleh guru SDN I Cijeungjing  Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis adalah S1 PGSD.
Jumlah siswa Kelas V yang akan dijadikan subjek penelitian ini berjumlah 20 orang yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Latar belakang siswa dilihat dari prestasinya digolongkan rendah, sedang, dan pandai.  Sedangkan latar  belakang orang tuanya sebagian besar pekerjaannya sebagai petani.
           Secara garis besar prosedur penelitian pembelajaran tentang penggunaan metode problem solving untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan proses observasi dan komunikasi dilaksanakan dengan tahapan model Kemmis dan Mc. Taggart (Yusnandar, 2003, hlm.20) yang terdiri dari a). Orientasi dan identifikasi masalah, b). Rencana tindakan penelitian dan c). Pola penelitian tindakan kelas.   Titik tolak permasalahan dalam penelitian ini adalah bagiamana meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui penerapan metode problem solving, sehingga optimalisasi kemampuan siswa dapat tercapai.  Penelitan ini dilaksanakan untuk mencari solusi dalam memecahkan permasalahan di kelas, dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Rearch.  Penelitian tindakan kelas merupakan satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilaksanakan, untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
      Pada penelitian ini digunakan PTK model Kemmis-Taggart (satu siklus sama dengan satu kali pembelajaran), terdiri dari tahapan (fase): perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) observasi (obsevation) dilanjutkan dengan pengambilan keputusan, kesimpulan dan rekomendasi. 
Beberapa jenis data utama yang dikumpulkan serta cara pengumpulannya selama pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dapat divisualisasikan melalui instrument penelitian  sebagai berikut:
1.    Lembar observasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2.    Lembar observasi aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran
3.    Lembar Kerja Siswa dan lembar soal post test
          Teknik pengumpulan data selama pelaksanaan PTK adalah tes tertulis dan observasi.
           Teknik analisis data pada penelitian ini difokuskan pada teknik analisis kualitatif guna mengetahui tingkat keberhasilan Metode Problem Solving dalam soal IPS untuk meningkatkan hasil belajar  siswa di kelas V SD Negeri I Cijeungjing Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
Pembahasan
Dalam tahap perencanaan sesuai dengan salah satu keterampilan mengajar yang telah dikembangkan yaitu pembelajaran dengan menggunakan  metode problem solving dalam pembelajaran IPS tentang sejarah proklamasi Indonesia    dalam siklus I,  dan siklus II disusun secara sistematis berorientasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam perencanaan pembelajaran mencantumkan:
    1. Standar Kompetensi
    2. Kompetensi Dasar
    3. Indikator
    4. Tujuan Pe,belajaran
    5. Materi Pokok
    6. Langkah-langkah Pembelajaran
    7. Metode Pembelajaran
    8. Sarana dan Sumber Pembelajaran
    9. Penilaian
Kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang sejarah proklamasi Indonesia   di Kelas V SDN 1 Cijeungjing dengan menggunakan  metode problem solving sudah sangat baik. Nilai kinerja guru dalam membuat RPP tiap siklusnya mengalami peningkatan siklus I mencapai skor 67,5, siklus II mencapai skor 89. Sebagai gambaran peningkatan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini :
Tabel 4.13
Nilai Kinerja Guru dalam Membuat RPP Siklus I dan Siklus II

No
Siklus
Nilai RPP
1
I
67,5
2
II
89

   100
     90                                                                                  Keterangan
     80                                                                                       Siklus I
     70                                                                                       Siklus II
     60                                                                                      
     50
     40
     30
     20
     10

       
Gambar 4.1
    Rekapitulasi Penilaian dalam Membuat  RPP
     Siklus I dan Siklus II
  1. Proses Pelaksanaan Pembelajaran melalui Penggunaan Metode Problem Solving di Kelas V SDN 1 Cijeungjing
Kegiatan pembelajaran  tiap siklus dilaksanakan dengan berpedoman pada rencana pembelajaran tiap siklus, yamg terdapat pada lampiran. Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal  15 Maret 2014 , dan siklus II dilaksanakan pada hari rabu tanggal 22 Maret 2014. Pada  setiap pembelajaran tiap siklus diakhiri dengan tes akhir.
a.    Siklus I
Pembelajaran pada materi sejarah proklamasi Indonesia   dengan menggunakan  metode problem solving  dapat dilaksanakan dengan cukup baik meskipun terdapat beberapa kekurangan karena siswa masih tampak kurang aktif dalam belajar, kurang merespon pertanyaan guru, kurang dalam diskusi cenderung didomonasi oleh siswa yang pintar.
Dalam pengembangan langkah-langkah pembelajaran guru tidak menetapkan alokasi waktu sehingga menjadikan pembelajaran melebar, kurang terarah dan banyak waktu yang kurang dimanfaatkan dengan baik. kemampuan guru dalam menggunakan  metode problem solving perlu ditingkatkan lagi di antaranya  dalam apersepsi, memotivasi siswa dalam belajar, dalam menyimpulkan materi dan memberikan tindak lanjut sehingga pembelajaran tidak bersifat teacher center.
b.         Siklus II
Pada siklus ini interaksi guru dan siswa sudah baik, penggunaan metode problem solving guru dalam apersepsi, dalam memotivasi belajar siswa, dan dalam menyimpulkan materi pembelajaran sudah  baik. Selainitu guru sudah bisa menguasai kelas dengan baik dan mengalokasikan waktu sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada saat kegiatan pembelajaran siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah, sehingga hasil belajar sudah lebih baik.
Berdasarkan analisis kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan  metode problem solving tiap siklusnya mengalami peningkatan, sebagai gambaran peningkatan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini :
                  Tabel 4.13
Nilai Kinerja Guru dalam Proses Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

No
Siklus
Nilai Kinerja Guru
1
I
72
2
II
90

     Dari tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa nilai kinerja guru guru dalam pelaksanaan pembelajaran tiap siklus mengalami peningkatan, untuk lebih jelasnya disajikan dalam diagram 4.2 berikut ini :


   100
     90                                                                                  Keterangan
     80                                                                                       Siklus I
     70                                                                                       Siklus II
     60                                                                                      
     50
     40
     30
     20
     10

       
Gambar 4.2
Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Guru
dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
                                                 
3.    Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Penggunaan Metode Problem Solving di Kelas V SDN 1 Cijeunjing.
a.                 Hasil Belajar Siswa
Tes hasil belajar siswa  tiap siklus dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Soal tes hasil belajar untuk setiap siklus berbentuk isian berjumlah 5 soal masing-masing memiliki bobot 20.  Rumus yang digunakan dalah mencari rata-rata. Rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor tes hasil belajar dibagi dengan banyak soal. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil belajar dalam tiap siklusnya mengalami peningkatan,mulai dari siklus I sampai siklus II. Pada siklus II seluruh siswa sudah mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70, Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode problem solving pada pembelajaran IPS tentang sejarah proklamasi Indonesia   pada siswa Kelas V SDN 1 Cijeungjing terbukti berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
                                       Tabel 4.14
                                       Rata-rata Nilai Tes Hasil Belajar Tiap Siklus

No
Pre Tes
Siklus
Tes Akhir
1
52
I
56,8
2
II
78
          
Dari tabel  4.14 di atas dapat diketahui bahwa skor rata-rata tiap siklusnya mengalami peningkatan untuk lebih jelasnya disajikan dalam bentuk diagram berikut ini :

   100
     90                                                                                  Keterangan
     80                                                                                       Pre tes
     70                                                                                       Siklus I
     60                                                                                       Siklus II
     50
     40
     30
     20
     10

       
Gambar 4.3
Diagram Skor Hasil Belajar Siswa Pre tes, Siklus I,  dan Siklus II         

           Pada dasarnya kemampuan belajar (hasil belajar) dipengaruhi oleh interaksi dan kondisi proses pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang dikelola dengan baik salah satunya dengan penggunaan metode problem solving akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehinnga mendorong siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran, siswa tidak pasif, pembelajaran tidak bersifat teacher center pembelajaran tidak monoton melainkan dengan penggunaan metode problem solving dapat  meningkatkan hasil belajar siswa.
Jadi penggunaan metode problem solving dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu keterampilan mengajar yang diharapkan bisa membantu siwa untuk lebih aktif lagi dalam belajar, mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang diberikan dalam materi pelajaran IPS. Dari hasil analisis data yang yang telah disampaikan, terbukti bahwa penggunaan metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
            Melihat dari kajian Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang membahas pokok bahasan  sejarah proklamasi Indonesia  melalui penggunaan metode problem solving  di Kelas V SD Negeri 1 Cijeunjing, serta kajian dari berbagai teori yang mendukung pembahasan pokok bahasan ini maka penulis menyimpulkan:
          Perencanaan yang telah dibuat sebelum tindakan belum mengacu pada prinsip-prinsip dalam kurikulum 2006, sehingga hasil yang dicapai belum maksimal.  Sedangkan  perencanaan yang dipersiapkan dalam tindakan  meliputi mengkaji kurikulum 2006 sebagai acuan untuk menyusun RPP. Menentukan kompetensi dasar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Sebagai penunjang kegiatan pembelajaran ditetapkan menggunakan metode  pembelajaran yang tepat dan media gambar. Perencanaan  yang disusun oleh peneliti sudah mencapai kriteria keberhasilan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan secara signifikanpembelajaran pokok bahasan sejarah proklamasi Indonesia  dengan menggunakan  metode problem solving di Kelas V  SDN 1 Cijeungjing dapat dikatakan baik ditandai dengan adamya perbaikan serta peningkatan  perencanaan dalam tiap siklusnya. Nilai kinerja guru dalam membuat RPP tiap siklusnya mengalami peningkatan siklus I mencapai skor 67,5, dan siklus II mencapai skor 89.
          Pelaksanaan pembelajaran yang dirancang sebelum tindakan belum sesuai dengan metode yang tepat, terbukti proses pembelajaran serta aktivitas siswa belum maksimal.  Pembelajaran tampak  monoton dan kurang melibatkan siswa secara aktif, sehingga suasana membosankan dan siswa kurang bersemangat.  Sedangkan  Pelaksanaan pembelajaran yang dirancang pada tindakan  sudah sesuai dengan perencanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang tepat serta media gambar tentang sejarah proklamasi Indonesia. Metode pembelajaran ini mendapat respon yang baik dari siswa. Hal ini terlihat dari antusias mereka ketika mengikuti pelajaran, walaupun belum benar-benar maksimal. Umumnya kinerja guru dituntut untuk benar-benar menguasai materi serta karakteristik metode  pembelajaran yang digunakan, agar tercipta pembelajaran yang menghantarkan siswa untuk bisa menghubungkan kebermaknaan setiap pelajaran yang dipelajarinya serta menggali dan menemukan pengetahuan baru oleh dirinya siswa.  Proses pembelajaran pada pokok bahasan sejarah proklamasi Indonesia  dengan menggunakan  metode problem solving di Kelas V SDN 1 Cijeungjing yang telah dilaksanakan peneliti, dalam pelaksanaannya berjalan lancar, ada peningkatan pada tiap siklusnya, tujuan pembelajaran dapat tercapai. Nilai kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran tiap siklusnya mengalami peningkatan siklus I mencapai skor 72 dan siklus II mencapai skor 90.
          Hasil belajar yang dicapai siswa kelas V SDN 1 Cijeungjing pada pokok bahasan sejarah proklamasi Indonesia sebelum dilaksanakan tindakan belum memuaskan, di mana hasil ulangan siswa masih di bawah rata-rata KKM yang telah ditetapkan.  Rendahnya hasil belajar siswa ini sangat erat hubungannya dengan  ketidak berhasilannya proses pembelajaran yang dilaksanakan guru, sehingga diperlukan upaya perubahan melalui tindakan yang mengacu pada metode yang tepat.  Maka setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan  metode problem solving mengalami peningkatan tiap siklusnya  di antaranya ,siklus I mencapai rata-rata 56,8, dan siklus II mencapai  rata-rata 78. Hal ini dibuktikan dari hasil tes yang diperoleh tiap siklus mengalami peningkatan yang cukup signifikan.  Dari peningkatan nilai tes menunjukkan bahwa penggunaan  metode problem solving sangat berperan dalam meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas V SDN 1 Cijeungjing pada pokok bahasan sejarah proklamasi Indonesia  sehingga hasil belajar siswa  telah mencapai KKM yang ditentukan.
          Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data serta kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pada kesempatan ini peneliti memberi saran berikut ini :
          Bagi guru sekolah dasar hendaknya membiasakan diri untuk menggunakan  metode problem solving dalam menyampaikan materi guna mencapai tujuan pembelajaran dan pembelajaran tidak bersifat teacher center.
          Bagi SDN 1 Cijeungjing, penggunaan  metode  problem solving  hendaknya lebih diterapkan dalam setiap pembelajaran.
          Bagi UPTD  hendaknya mensosialisasikan pentingnya penggunaan  metode problem solving  dalam setiap  pembelajaran guna mendukung kelancaran proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan guru dan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Akhmad. (1998). Rancangan Pengelolaan Kegiatan Penelitian Praktis. Jakarta: Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Arikunto, Suharsisni.(1996). Prosedur Penelitian Suatu Metode Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arifin.(1990). Stategi Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya : Karaya Anda.
BNSP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:  Depdiknas
Kasbolah. (1991). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Mills. (1989). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga.
Mulyani, dkk. (1998). Pengantar Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Mulyasa (2006). Metode Pembelajaran di Sekolah Dasar.  Bandung: Sinar Baru

M.Uzer, (1990). Pendidikan IPS dalam Konteks SD. Jakarta: Rineka Cipta

Rachman, (2005).  Pembelajaran IPS yang Aktif.  Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
------------. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Suhanda. (2004). Petunjuk Guru Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Depdiknas.
Suhendar. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Surakhmad.(2008). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Syamsudin. (1981). Metodologi Khusus Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD. Jakarta: Depdikbud

Wardani, I.G.A.K., Wihardit, K., Nasution, N. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.