Setiap peserta didik,
aktif dan berkembang menurut polanya sendiri-sendiri karena setiap mereka
mempunyai perbedaan-perbedaan yang sangat pribadi yang disebut sebagai individual
defferences. Adanya perbedaan-perbedaan tersebut merupakan tantangan untuk dimengerti.
Siapa saja yang perlu mengerti hal ini? Tentu saja peserta didik itu sendiri,
orang tua, guru, konselor, kepala sekolah dan sebagainya.
Untuk dapat menerima
peserta didik sebagai individu, diperlukan pengertian tentang peserta didik
tersebut dan dunianya, di mana peserta didik merupakan pribadi yang
berinteraksi. Mengerti, menghormati, dan menerima para peserta didik adalah
juga merupakan tugas seorang guru.
Pada dasarnya teknik pengenalan dan pemahaman
individu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: teknik tes dan teknik nontes.
Pada bagian ini, kita hanya akan membahas tentang teknik nontes sebagai teknik
mengenal dan memahami individu.
Teknik nontes merupakan teknik pengumpulan data yang
tidak baku dan hasil rekayasa dari guru dan sekolah. Adapun kegunaan teknik
nontes ialah untuk mengumpulkan data yang tidak dapat dikumpulkan dengan teknik
tes, seperti kebiasaan belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah,
keterangan orangtua dan lingkungannya mengenai diri siswa, dan lainnya. Teknik nontes yang akan kita bahas bersama
dalam unit 4 ini adalah: observasi, angket, wawancara, dan sosiometri.
A. OBSERVASI
Pemahaman
terhadap peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai teknik pengumpulan data.
Salah satunya adalah teknik observasi/pengamatan. Observasi merupakan teknik
yang sederhana dan tidak menuntut keahlian yang luar biasa untuk dapat
melakukannya. Teknik ini dapat dilakukan secara terencana atau pun insidental.
Observasi yang terencana, dipersiapkan secara sistematis baik mengenai waktu, tujuan,
ala,t maupun aspek-aspek yang akan diobservasi. Observasi insidental dilakukan
sewaktu-waktu bilamana terjadi sesuatu yang menarik. Proses observasi atau
pengamatan ini memerlukan kecermatan sehingga diperoleh data tingkah laku yang
objektif.
1. Pengertian
Observasi
Observasi atau
pengamatan, merupakan teknik untuk merekam data atau keterangan atau informasi
tentang diri seseorang yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung
terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, sehingga diperoleh data
tingkah laku seseorang yang menampak (behavior observable), apa yang
dikatakan, dan apa yang diperbuatnya. Gulo (2005) mengatakan bahwa pengamatan
(observasi) adalah metode pengumpulan data di mana peneliti atau kolaboratornya
mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama pengamatan.
2. Jenis Teknik Observasi
Pada intinya pengamatan terhadap peristiwa-peristiwa
dilakukan dengan melihat, mendengarkan, merasakan, dan kemudian mencatat.
Menurut cara dan tujuannya, observasi dapat dibedakan menjadi tiga macam.
1. Observasi partisipatif, yaitu observasi yang dilakukan oleh observer (pengamat)
dengan turut mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
diobservasi (observee).
2. Observasi sistematis, yaitu observasi yang direncanakan terlebih dahulu
aspek-aspek yang akan diobservasi sesuai dengan tujuan, waktu, dan alat yang
dipakai.
3. Observasi eksperimental, yaitu observasi yang dilakukan untuk mengetahui
perubahan-perubahan atau gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja
diadakan.
Berdasarkan hubungan observer (pengamat) dengan
kelompok yang diamatinya (observee), observasi dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
a. Partisipan penuh
Pengamat menyamakan diri dengan orang yang diobservasi. Dengan demikian,
observer dapat merasakan dan menghayati apa yang dialami oleh observee.
Tidak jarang seorang observer tinggal bersama dengan kelompok masyarakat
yang diamatinya dalam waktu yang cukup lama sehingga ia dianggap sebagai bagian
dari masyarakat yang bersangkutan.
b. Observer sebagai pengamat
Masing-masing pihak, baik observer maupun observee, menyadari
peranannya. Observer sebagai pengamat membatasi diri dalam
berpartisipasi sebagai pengamat, dan observee menyadari bahwa dirinya
adalah obyek pengamatan. Oleh karena itu, observer membatasi
aktivitasnya dalam kelompok observee.
c. Observer sebagai partisipan
Observer hanya berpartisipasi sepanjang yang
dibutuhkan dalam “penelitian”nya.
d. Pengamat sempurna (complete observer)
Observer hanya mejadi pengamat tanpa partisipasi
dengan yang diamati.
Persoalan-persoalan yang perlu diperhatikan pada
pengamatan, terutama karena metode ini sangat mengAndalkan “penglihatan” (mata)
dan “pendengaran” (telinga). Dari kedua alat indera itu, mata punya peranan
yang lebih dominan. Oleh karena itu, perlu disadari keterbatasan dari alat
penglihatan ini.
a. Harus
dipercaya bahwa alat penglihatannya baik dan dapat menangkap fakta dengan
benar.
b. Penglihatan
orang mempunyai kelemahan dan keterbatasan, misalnya tidak mampu melihat jarak
yang jauh, atau terjadi bias penglihatan;
c. Berusaha
mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut
3. Pedoman Observasi
Agar data yang dikumpulkan melalui observasi ini dapat
dicatat dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan pedoman observasi. Bentuk-bentuk
pedoman observasi antara lain: (1) daftar cek (checklist); (2) skala
penilaian (rating scale); (3) catatan anekdot (anecdotal records);
(4) alat-alat mekanik (mechanical devices). Pedoman observasi ini dibuat
sedemikian jelas dan detil sehingga mempermudah bagi siapa pun yang memakai.
Untuk keperluan memahami individu, pedoman ini akan dipakai oleh wali kelas,
guru-guru, konselor, dan personil sekolah yang lain.
a. daftar Cek (checklist)
Daftar cek adalah suatu daftar
pernyataan yang memuat aspek-aspek yang mungkin terdapat dalam suatu situasi,
tingkah laku, atau kegiatan individu yang sedang diamati. Semua aspek yang akan
diobservasi dijabarkan dalam suatu daftar sehingga pada waktu observasi,
observer (pengamat) tinggal membubuhkan tAnda cek terhadap ada atau tidak
adanya aspek-aspek yang menjadi pusat perhatian bagi diri individu atau
kejadian yang diobservasi. Daftar cek ini dapat digunakan untuk mengobservasi
individu atau kelompok individu.
Gejala-gejala perilaku atau tingkah laku seseorang
yang dapat diobservasi dengan teknik ini antara lain: kebiasaan belajar,
aktivitas belajar dan bekerja, kepemimpinan dan kerjasama, pergaulan, dan topik
lain yang relevan dengan kegiatan akademik dan nonakademik dalam kehidupan
sekolah.
b. skala
Penilaian (rating scale)
Skala penilaian sangat erat
hubungannya dengan daftar cek. Jika daftar cek untuk memberikan cek ada atau
tidaknya gejala atau sifat yang diobservasi, maka pada skala penilaian
didapatkan adanya tingkatan-tingkatan. Dengan kata lain, skala penilaian
merupakan alat pengumpul data yang dipergunakan dalam observasi untuk
menjelaskan, menggolongkan, dan menilai individu atau situasi. Dalam skala
penilaian, aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk skala.
Skala penilaian pada umumnya terdiri
dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku atau sifat yang harus
dicatat secara bertingkat sehingga observer hanya memberikan tAnda cek pada
tingkat mana gejala atau ciri-ciri tingkah laku itu muncul. Berdasarkan pada
alternatif skala yang dipakai untuk menilai dan menggo-longkan gejala perilaku
individu atau situasi, maka skala penilaian dapat dibedakan menjadi tiga
bentuk: kuantitatif, deskriptif, dan grafis. Skala
penilaian deskriptif adalah suatu alat observasi yang digunakan untuk mengamati
gejala atau ciri-ciri tingkah laku individu atau situasi dalam mana alternatif
skalanya dijabarkan dalam bentuk kata-kata. Skala penilaian grafis adalah suatu
alat observasi yang digunakan untuk mengamati gejala atau ciri-ciri tingkah
laku individu atau situasi di mana alternatif skalanya dijabarkan dalam bentuk
grafis (garis).
c. catatan anekdot (anecdotal
records)
Catatan anekdot biasa
juga dikenal dengan catatan berkala. Dalam catatan berkala, observer tidak
mencatat kejadian-kejadian yang luar biasa, melainkan mencatat kejadian pada
waktu-waktu yang tertentu. Apa yang dilakukan oleh observer adalah mengadakan
observasi atas cara anak bertindak dalam jangka waktu yang tertentu dan
kemudian observer memberikan kesan umum yang ditangkapnya. Setelah itu,
observer menghentikan observasi untuk kemudian melakukan observasi dengan cara
yang sama pada waktu lain seperti waktu-waktu sebelumnya. Catatan berkala
dilakukan terhadap peristiwa yang dianggap penting dalam suatu situasi yang
melukiskan perilaku dan kepribadian seseorang dalam bentuk pernyataan singkat
dan objektif.
d. alat-alat Mekanik (mechanical
devices)
Dengan adanya kemajuan
di bidang teknik maka observer dapat menggunakan alat-alat yang lebih baik di
dalam melakukan observasi, misalnya dengan foto-foto/ slide, tape
recorder, dan sebagainya.
B. ANGKET
Teknik pengumpul data ini dapat juga
dipAndang sebagai “wawancara tertulis”, dengan beberapa perbedaan. Pada angket,
yang disebut juga kuesioner (questionnaire), responden dihubungi melalui
daftar pertanyaan tertulis. Teknik ini praktis dipakai untuk menjaring
informasi atau keterangan bagi sejumlah besar responden dalam waktu yang
singkat. Angket bersifat kooperatif. Maksudnya, responden diharapkan bekerja
sama untuk menyisihkan waktu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tertulis,
sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan. Karena itulah, perlu diusahakan
adanya motivasi yang kuat. Motivasi ini harus dapat mengarahkan perhatian,
menimbulkan simpati, keinginan bekerja sama (membantu), dan kesadaran akan
pentingnya jawaban yang jujur. Angket dapat mengungkap gejala-gejala yang tidak
dapat diperoleh dengan jalan observasi, misalnya seperti: harapan, pendapat,
prasangka, sikap dan sebagainya.
Sebagai teknik pengumpul data,
angket dibedakan berdasarkan: (1) subyek atau responden, meliputi: angket
langsung dan tidak langsung; (2) menurut jenis pertanyaan, meliputi: pertanyaan
terbuka, tertutup, fakta, dan pendapat. Dapat pula dibedakan menurut bentuk
isiannya, meliputi: bentuk isian terbuka, isian singkat, jawaban tabuler,
berskala, berderajat, cek, kategorikal, pilihan benar-salah, dan jawaban gAnda.
Adapun sasaran pengumpulan data dengan teknik ini
adalah siswa sebagai sumber data langsung dan orang lain yang memberikan
keterangan mengenai siswa, sebagai sumber data tidak langsung.
1.
Pengertian Angket
Angket atau kuesioner adalah serangkaian pertanyaan
atau pernyataan tertulis yang diajukan kepada responden untuk memperoleh
jawaban secara tertulis pula. Pertanyaan/pernyataan dalam angket tergantung
pada maksud serta tujuan yang ingin dicapai. Maksud dan tujuan tersebut
berpengaruh terhadap bentuk pertanyaan yang ada dalam angket itu.
Pada umumnya di dalam angket itu kita dapati dua
bagian pokok, yaitu:
a. Bagian
yang mengandung data identitas, dan
b. Bagian yang mengandung
pertanyaan-pertanyaan yang ingin diperoleh jawabannya
Bagian yang mengandung data identitas merupakan bagian
yang mengandung data tentang keadaan diri orang atau anak yang diberi angket
tersebut, misalnya nama, tanggal lahir, jenis kelamin, bangsa, agama, dsb.
Bagian yang mengandung pertanyaan fakta atau opini
ialah bagian yang mengandunng pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan fakta
atau opini.
Serangkaian pertanyaan yang diajukan
kepada responden melalui angket dapat berupa: pertanyaan fakta, mencakup: umur,
pendidikan, agama, alamat, nama, kelas; pertanyaan tentang pendapat dan sikap,
mencakup perasaan dan sikap responden tentang sesuatu; pertanyaan tentang
informasi, mencakup apa yang diketahui oleh responden dan sejauh mana hal
tersebut diketahuinya; dan pertanyaan tentang persepsi diri, mencakup penilaian
responden terhadap perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain.
Untuk keperluan di sekolah, angket disiapkan untuk
membantu para guru agar dapat memahami siswa lebih mendalam.
2. Kelebihan dan
keterbatasan teknik angket
Pengumpulan data dengan teknik angket memiliki
kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan angket sebagai instrumen pengumpul data.
1. Teknik angket lebih efisien bila ditinjau dari pembiayaan dan jumlah
responden karena dapat mengumpulkan data dalam jumlah responden yang besar
dalam waktu yang singkat.
2. Dapat mengungkap data yang memerlukan perkembangan dan pemikiran, dan bukan
jawaban spontan. Setiap jawaban dapat dipikirkan masak-masak terlebih dahulu,
karena tidak terikat oleh cepatnya waktu yang diberikan kepada responden untuk
menjawab pertanyaan sebagaimana dalam wawancara.
3. Dapat
mengungkap keterangan yang mungkin bersifat pribadi dan tidak akan diberikan
secara langsung. Dalam menjawab pertanyaan melalui angket, responden dapat lebih leluasa karena tidak dipengaruhi oleh
sikap mental hubungan antara peneliti dan responden.
4. Data yang dikumpulkan dapat lebih mudah dianalisis, karena pertanyaan yang
diajukan kepada setiap responden sama.
Sedangkan keterbatasan angket sebagai instrumen
pengumpul data adalah sebagai berikut.
1. Tidak akan dapat menjaring data yang sebenarnya jika petunjuk pengisian
tidak jelas.
2. Tidak dapat diketahui dengan pasti bahwa responden sungguh-sungguh dalam
mengisi angket. Sering terjadi angket juga diisi oleh orang lain (bukan
responden yang sebenarnya), karena dilakukan tidak secara langsung berhadapan
muka antara peneliti dan responden.
3. Tidak dapat ditambah keterangan yang dapat diperoleh lewat observasi; dan
(4) angket diberikan terbatas kepada orang yang melek huruf.
3. Jenis-jenis
Angket
Ada pelbagai macam angket. Berikut
ini akan dijelaskan satu persatu:
1. Dilihat dari sumber datanya,
angket dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Angket langsung
yaitu apabila angket tersebut
langsung diberikan kepada orang yang dimintai pendapat atau jawabannya atau
responden yang ingin diselidiki. Jadi, kita mendapatkan data dari sumber
pertama (first resource), tanpa menggunakan perantara untuk memperoleh
jawaban. Misalnya: angket siswa.
b. Angket tidak langsung
yaitu apabila angket disampaikan kepada orang
lain yang dimintai pendapat tentang keadaan seseorang. Jenis angket ini
membutuhkan perantara untuk mendapatkan data sehingga jawaban yang diperoleh
tidak dari sumber pertama Misalnya: angket orangtua tentang anaknya, angket
guru tentang siswanya, dan lain-lain.
2. Dilihat dari strukturnya, angket dapat dibedakan sebagai
berikut:
a. Angket berstruktur
ialah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan beserta
jawabannya yang jelas, singkat, dan konkret
b. Angket tidak berstruktur
ialah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
menghendaki jawaban yang bebas dan uraian yang panjang lebar dari responden.
3. Berdasarkan jenis pertanyaannya, angket dibedakan
sebagai berikut.
a. Pertanyaan terbuka (open questions)
yaitu angket yang memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya.
Biasanya jenis angket ini digunakan apabila ingin mendapatkan opini.
b. Pertanyaan tertutup (closed questions)
yaitu pertanyaan-pertanyaan yang membuat responden
tinggal memilih jawaban yang telah disediakan di dalam angket itu. Jadi, jawabannya
terikat. Responden tidak dapat memberikan jawaban secara bebas seperti yang
mungkin dikehendaki oleh responden. Biasanya jika masalah yang hendak dicari
jawabannya sudah jelas maka orang akan menggunakan jenis angket ini.
c. Kombinasi terbuka dan tertutup (open and closed
questionaire)
yaitu jika jawabannya sudah ditentukan, kemudian
disusul pertanyaan terbuka.
4. Langkah-langkah
penyelenggaraan angket
Didalam menyelenggarakan pengumpulan
data dengan angket terdapat tiga tahap yang lazim ditempuh, yaitu tahap
persiapan, pelaksanaan, dan analisis hasil.
Tahap pertama, persiapan penyusunan
angket meliputi langkah: memerinci variabel-variabel yang akan diukur,
menetapkan model jawaban, dan menyusun angket. Tahap kedua, pelaksanaan,
meliputi: menyiapkan format angket dan lembar jawaban jika diperlukan,
melancarkan angket kepada sejumlah banyak responden yang dituju, dan membacakan
petunjuk pengisian. Tahap ketiga, analisis hasil, meliputi: memberikan kode
pada pertanyaan-pertanyaan tertentu jika akan dianalisis lebih lanjut atau
lebih dikenal dengan penyekoran jawaban, pengelompokkan setiap variabel, serta
kesimpulan dan penginterpretasian. Selanjutnya
diuraikan tahap-tahap penyelenggaraan angket satu persatu.
1. Tahap persiapan
Langkah pertama yang dilakukan dalam penyusunan angket
ialah memerinci atau menjabarkan variabel-variabel yang akan diukur.
Contohnya dalam angket siswa variabel-variabelnya meliputi: riwayat pendidikan
atau sekolah, harapan-harapan, cita-cita, kebiasaan belajar, hobi, aktivitas di
luar sekolah atau keorganisasian, keadaan keluarga, dan lingkungan tempat
tinggal.
Langkah kedua menetapkan model
jawaban, yang ditentukan oleh bentuk jawaban yang dikehendaki dari variabel
angket tertentu. Seperti jawaban uraian singkat,
jawaban kategorikal, jawaban berskala, jawaban tabuler, jawaban dengan cek atau
pilihan gAnda. Pada tahap ini perlu dipertimbangkan juga kelebihan dan
kelemahan masing-masing model jawaban.
Langkah menyusun angket; yang perlu
memperhatikan komponen-komponen: pengantar, petunjuk pengisian, butir-butir
pertanyaan, dan penutup.
1. Pengantar
Maksud utama dari pengantar ialah mengadakan
pendekatan terhadap responden agar bersedia memberikan keterangan yang
dibutuhkan. Dengan demikian, pengantar perlu dirumuskan dengan baik, yang
memuat tentang: tujuan angket secara jelas dan diplomatis serta harapan
kerjasama, dan menunjukkan ketegasan tentang jaminan kerahasiaan informasi yang
diberikan siswa.
2. Petunjuk pengisian
Petunjuk pengisian angket harus
dirancang dengan baik dan jelas sebab akan mempermudah responden dalam mengisi
setiap butir pertanyaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam petunjuk angket
adalah: petunjuk pengisian angket hendaknya dirumuskan dengan bahasa yang
sederhana, singkat dan mudah dimengerti, petunjuk memuat tentang cara mengisi
angket, misal: jawaban dengan melingkari, memberi tAnda silang, memberi tAnda
cek, diisi dengan jawaban bebas atau isian singkat, dan dimana mengisinya.
3. Penyusunan butir pertanyaan
Beberapa petunjuk yang harus diperhatikan dalam
menyusun butir pertanyaan adalah susunan kalimat hendaknya sederhana dan jelas,
gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti gAnda, pertanyaan hendaknya
disesuaikan dengan kemampuan responden, hindarkan kata-kata yang bersifat
sugestif, pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab, pertanyaan jangan
menuntut siswa/ responden untuk berpikir terlalu berat, gunakan kata-kata yang
netral, hindarkan kata-kata yang tidak berguna atau tidak perlu.
4. Penutup
Bagian ini berisi ucapan terima kasih kepada responden
atau siswa karena dedikasinya dalam bekerjasama untuk kepentingan bimbingan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini kita mempersiapkan instrumen angket
beserta lembar jawaban yang diperlukan. Kemudian membagikan instrumen tersebut
untuk diisi siswa/ responden. Selanjutnya kita membacakan petunjuk pengisiannya
dan mengecek jumlah siswa/responden yang sudah mengembalikan angket dan lembar
jawabannya.
3. Tahap Analisis Hasil
Pada tahap ini terlebih dahulu dilakukan penyekoran
terhadap jawaban responden. Penyekoran ini dibedakan atas penyekoran terhadap
pertanyaan-pertanyaan tertutup atau berstruktur dengan model jawaban yang sudah
tersedia dan terbatas, serta penyekoran terhadap pertanyaan-pertanyaan terbuka
atau tidak berstruktur yang memerlukan jawaban uraian bebas. Kemudian,
mengelompokkan jawaban responden atas variabel-variabel yang diukur.
Selanjutnya, akan diperoleh gambaran menyeluruh tentang responden. Adapun untuk
keperluan penginterpre-tasian data hasil analisis angket ini harus pula
dikaitkan dengan hasil analisis data dengan teknik lain, misalnya: teknik
observasi, wawancara, dsb.
C. WAWANCARA
1. Pengertian
wawancara
Wawancara adalah suatu teknik
pengumpulan data dengan tanya-jawab secara lisan baik langsung maupun tidak
langsung yang terarah pada tujuan tertentu. Wawancara bersifat langsung,
apabila data yang dikumpulkan langsung diperoleh dari individu yang bersangkutan,
misalnya wawancara dengan diri siswa. Wawancara yang bersifat tidak lansung,
apabila wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan
mengenai orang lain, misalnya
wawancara dengan orangtua siswa. Sifat wawancara yang lain adalah insidentil,
ialah bilamana dilakukan sewaktu-waktu jika
dianggap perlu. Bersifat berencana, apabila dilaksanakan pada waktu-waktu yang
telah ditetapkan.
2. Macam-macam teknik
wawancara
Menurut jumlah orang yang
diwawancarai, maka wawancara dapat dibedakan: (1) wawancara perorangan
(individual) dan (2) wawancara kelompok. Menurut peran yang dimainkan, maka
wawancara dapat dibedakan menjadi: (1) the non-directive interview,
yaitu wawancara yang digunakan dalam proses konseling; (2) the focused
interview, yaitu wawancara yang ditujukan kepada orang-orang tertentu yang
mempunyai hubungan dengan objek-objek yang diselidiki; dan (3) the repeated
interview, yaitu wawancara yang berulang. Wawancara
ini terutama digunakan untuk mencoba mengikuti perkembangan tertentu terutama
proses sosial.
Berdasarkan subyek atau responden
dan tujuannya, wawancara dapat dibedakan menjadi: (1) wawancara jabatan (the
employment interview) ialah wawancara yang ditujukan untuk mencocokan
seorang calon pegawai dengan pekerjaannya yang tepat. Wawancara ini ditujukan
untuk mendapatkan gambaran sampai dimana sifat-sifat yang dipunyai oleh
seseorang terhadap kriteria yang diminta oleh suatu employment; (2)
wawancara disipliner atau wawancara administratif (administrative interview)
ialah wawancara yang ditujukan untuk ”menuntut” perubahan tingkah laku individu
ke arah kegiatan yang diinginkan oleh pewawancara. Wawancara ini dijalankan
untuk keperluan administrasi, misalnya untuk kesejahteraan organisasi, untuk
mendapatkan perubahan-perubahan didalam tindakannya (changes in behaviour);
(3) wawancara konseling (counseling interview) ialah
wawancara yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi atau
memecahkan masalahnya dengan kata lain wawancara ini ini dijalankan untuk
keperluan konseling; dan (4) wawancara fact-finding.
Dari antara keempat jenis wawancara tersebut hanya
wawancara formatif atau fact finding, yang akan dibahas pada bagian ini.
Sifat pengumpulan data ini adalah profesional selayaknya di dalam
penyelenggaraan memerlukan petugas yang profesional berpengalaman luas di
bidang bimbingan, penuh simpati, dan diplomatis.
3. Kebaikan dan
kelemahan teknik wawancara
Segi kebaikan/ keuntungan dari teknik ini antara lain:
1. Dengan
wawancara maka pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas dapat diperjelas oleh
pewawancara sehingga responden lebih mengerti akan apa yang dimaksudkan.
2. Bahasa dari
pewawancara dapat disesuaikan dengan keadaan responden.
3. Oleh karena
ada hubungan langsung (face to face), maka diharapkan dapat menimbulkan
suasana persaudaraan yang baik, sehingga akan mempunyai pengaruh yang baik pula
terhadap hasil wawancara
Segi-segi yang kurang menguntungkan dari wawancara
adalah:
1. Wawancara
kurang hemat, baik dalam soal waktu maupun tenaga karena wawancara membutuhkan
waktu lama yang tentu membutuhkan lebih banyak tenaga.
2. Wawancara
membutuhkan keahlian, yang memerlukan pendidikan khusus yang membutuhkan waktu
yang lama.
3. Dalam
wawancara apabila telah ada prasangka maka hal itu akan mempengaruhi hasil
wawancara. Hasilnya menjadi tidak objektif.
Sekalipun ada segi-segi yang kurang menguntungkan dari
wawancara, namun jika memperhatikan patokan-patokan dalam melakukan wawancara
maka wawancara juga banyak menyumbang sebagai metode untuk mendapatkan data.
Pada umumnya salah satu keuntungan dari wawancara ialah sifat fleksibilitasnya.
D. SOSIOMETRI
Teknik
sosiometri banyak dipakai dalam bidang psikologi, sosiologi, dan ilmu
pendidikan yang pada umumnya bertujuan meneliti hubungan sosio-psikologik yang
terdapat antara individu yang satu dengan individu yang lain dalam satu
kelompok sosial. Dengan kata lain, teknik sosiometri banyak digunakan untuk
pengumpulan data tentang dinamika suatu kelompok sosial. Kelompok sosial ini
misalnya ialah kelas sekolah, regu kerja, pegawai kantor, karyawan organisasi
produksi, kesatuan tentara, dan lain-lain. Tentunya terdapat
perbedaan-perbedaan dalam pelaksanaannya, tetapi secara garis besar dapat
dikatakan bahwa teknik ini terdiri dari pertanyaan khusus yang dikemukakan pada
setiap anggota kelompok sosial untuk mengetahui selera pilihan anggota kelompok
itu terhadap anggota lainnya dalam satu situasi tertentu.
Pertanyaan tersebut
akan menghasilkan satu matriks tentang situasi hubungan sosial antar individu
dalam kelompok, struktur sosial, dan arah hubungan sosialnya. Dari data
sosiometri ini dapat diketahui tingkat pergaulan antarindividu dalam kelompok
dan popularitas seseorang dalam kelompoknya.
1. Pengertian sosiometri
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya,
sosiometri merupakan alat yang digunakan untuk meneliti struktur sosial
sekelompok individu dengan dasar penelaahan terhadap relasi sosial, status
sosial dari masing-masing anggota kelompok yang bersangkutan. Sosiometri dapat
juga dikatakan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang
dinamika kelompok dan juga dipergunakan untuk mengetahui popularitas seseorang
dalam kelompoknya serta untuk meneliti kesulitan hubungan seseorang terhadap
teman-temannya dalam kelompok,
baik dalam kegiatan belajar, bermain, bekerja, dan kegiatan-kegiatan kelompok
lainnya.
Kegunaan lebih lanjut dari teknik sosiometri ini
adalah untuk:
1. memperbaiki hubungan insani (human relationship);
2. menentukan kelompok kerja tertentu;
3. meneliti kemampuan memimpin seseorang dalam kelompok pada suatu kegiatan
tertentu;
4. mengatur tempat duduk dalam kelas; serta
5. mengetahui kekompakan dan perpecahan anggota kelompok.
Metode ini biasanya digunakan pada kelompok-kelompok
kecil (misalnya 10 sampai 100 orang). Apabila terlalu banyak jumlahnya,
penentuan hubungan sosial antarindividu akan menjadi kabur dan akan mengalami
kesulitan
2. Kriteria hubungan sosial
Baik tidaknya hubungan sosial individu dengan individu
yang lain dapat dilihat dari beberapa segi.
1. Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau individu
tersebut bergaul. Makin sering individu bergaul, pada umumnya individu itu
makin baik dalam segi hubungan sosialnya. Individu yang mengisolasi diri
berarti individu itu kurang sekali bergaul. Tetapi sampai sejauh mana frekuensi
ini dapat dipastikan, hal ini merupakan suatu hal yang sulit untuk dapat
diketahui. Apabila frekuensi digunakan sebagai ukuran untuk menentukan baik
tidaknya seseorang dalam pergauan sosial, orang akan mengalami kesulitan untuk
menentukan batas antara yang baik, kurang baik, dan tidak baik.
2. Intensitas hubungan, yaitu kemendalaman atau keintiman anak
atau individu dalam pergaulan. Makin mendalam seseorang dalam hubungan
sosialnya, hubungan sosialnya pun biasanya semakin baik. Teman yang intim, yang
berarti mempunyai intensitas yang mendalam, merupakan teman akrab, yang
hubungannya lebih baik daripada teman yang kurang atau tidak intim. Namun demikian, kalau hal ini dipergunakan sebagai kriteria untuk
menentukan taraf baik tidaknya kontak sosial, maka orang pun akan menghadapi
kesulitan untuk menentukan sampai sejauh mana atau sedalam mana batas yang
dapat digunakan sebagai ukuran. Oleh sebab itu, kalau hal ini digunakan sebagai
kriteria maka akan banyak didapati berbagai tendensi yang bersifat subyektif.
3. Popularitas hubungan, yaitu jumlah teman bergaul digunakan sebagai kriteria
untuk melihat baik buruknya hubungan sosial. Semakin banyak teman yang dimiliki
seseorang dalam pergaulannya, biasanya semakin baik pula hubungan sosialnya.
Faktor popularitas inilah yang digunakan sebagai ukuran atau kriteria untuk
melihat baik tidaknya seseorang didalam hubungan atau kontak sosialnya, dan
inilah yang digunakan sebagai dasar sosiometri. Baik tidaknya hubungan
sosialnya dapat dilihat dari segi banyak sedikitnya teman bergaul.
Untuk mendapatkan materi sosiometri, digunakan angket
sosiometri atau kuesioner sosiometris. Prosesnya dilakukan dengan jalan meminta
kepada setiap individu dalam kelompok untuk memilih anggota kelompok lainnya
(tiga orang) yang disenangi atau tidak disenangi dalam bekerja sama beserta
alasannya, dan masing-masing nama yang dipilih disusun menurut nomor urut yang
paling disenangi atau paling tidak disenangi. Atas dasar saling pilih antara
anggota kelompok inilah dapat diketahui banyak tidaknya seorang individu
dipilih oleh anggota kelompoknya, bentuk-bentuk hubungan dalam kelompok, serta
kepopuleran dan keterasingan individu.
Untuk menentukan hubungan sosial ada
dua macam bentuk, yaitu pemilihan sebagai arah yang positif, dan penolakan
sebagai arah yang negatif. Tentang bentuk mana yang akan digunakan tergantung
kepada apa yang akan dicapainya. Dengan cara ini dapat diketahui siapa saja
yang populer, dan siapa saja yang terasing atau ditolak oleh teman-temannya. Hal ini amat
penting, lebih-lebih bagi seorang guru dalam menyelidiki atau memahami keadaan
masing-masing siswa di dalam kelas. Siswa yang terasingkan atau yang ditolak
oleh teman-temannya merupakan problem child yang mungkin sekali akan
mengganggu kemajuan dalam pelajarannya. Untuk membantu siswa tersebut maka guru
harus mengetahui alasan teman-temannya menolak dia. Jawaban itu dapat diperoleh
dari alasan yang diajukan oleh setiap siswa dalam angket sosiometri itu.
Berdasarkan alasan inilah kemudian guru dapat mengambil langkah lebih lanjut
dalam memberikan bimbingan kepada siswa tersebut.
Beberapa hal yang perlu diingat dalam melaksanakan
sosiometri adalah sebagai berikut.
1. Sebelum dilancarkan hendaknya petugas berusaha menciptakan hubungan baik
dengan kelompok.
2. Petunjuk diberikan dengan jelas.
3. Diterangkan maksud pelaksanaan sosiometri.
4. Diselenggarakan dalam kondisi siswa tidak saling mengetahui jawabannya.
5. Iilihan individu merupakan informasi yang bersifat rahasia
6. Antarindividu harus saling mengenal
Sumber http://hisyamjayuz.blogspot.com/2013/12/teknik-nontes-untuk-memahami-peserta_8.html